MAKALAH
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
“Manusia dan
Kebudayaan
&
Manusia dan Kegelisahan”

Dosen
Pengampu:
Dr.
Drs. FIRMAN, M.Si.
DIAN
PERTIWI RASMI, S.Pd, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTA KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
Kata
Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT.yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Karena
dengan perkenanNyalah batas waktu yang disediakan tidak terlampaui, hingga sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam pelaksanaannya penulis tidak terlepas dari berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan dan kemudahan baik berupa saran maupun bentuk
bantuan yang lain. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
a.
Dosen Pengampu
b.
Teman-teman,
c. Para pihak yang telah membantu pembuatan
makalah ini,dll.
Semoga Allah SWT. berkenan membalas segala kebaikannya. Penulis
harap Makalah ini dapat berguna kelak di kemudian hari.Di dalam makalah ini
banyak sekali pembahasan tentang “Manusia
dan Kebudayaan serta Manusia dan Kegelisahan”, namun penulis sadar bahwa
makalah ini sangat banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dan untuk perbaikan
makalah inisangat penulis harapkan. Jika ada sesuatu yang kurang berkenan
penulis mohon maaf.
Demikian sepatah dua patah dari penulis.Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jambi,
20 Maret 2018
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar
Isi................................................................................................... iii
I.
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang..................................................................... 1
1.2
Tujuan
Penulisan................................................................. 3
1.3
Metode
Penulisan................................................................ 3
II.
Pembahasan
2.1
Manusia dan
Kebudayaan
2.1.1 Pengertian
Kebudayaan...................................................... 4
2.1.2 Perwujudan
Kebudayaan.................................................... 5
2.1.3 Substansi (isi)
Kebudayaan................................................ 7
2.1.4 Sifat-Sifat
Budaya................................................................ 9
2.1.5 Manusia
sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan.. 10
2.1.6 Pengaruh
Budaya Terhadap Lingkungan.......................... 12
2.1.7 Proses
dan Perkembangan Kebudayaan.......................... 13
2.1.8 Problematika
Kebudayaan................................................. 15
2.2
Manusia dan
Kegelisahan
2.2.1 Kegelisahan dan
Gejala...................................................... 17
2.2.2 Faktor Penyebab
Kegelisahan........................................... 19
III.
Penutup
3.1
Kesimpulan..................................................................... 21
3.2
Saran............................................................................... 22
Daftar Pustaka................................................................................ 23
I.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Budaya adalah bentuk jamak dari kata “budi” dan
“daya” yang berarti cinta, karsa, dan rasa.Kata “budaya” sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta, budhayah, yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal.Dalam bahasa Inggris, kata
budaya berasal dari kata culture.Dalam
bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur.Dalam
bahasa Latin, berasal dari dari kata
colera.Colera berarti mengolah, dan mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah (bertani).
Kebudayaan
atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun
nonmaterial.Di antara
makhluk ciptaan Tuhan yang lain manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan
yang paling sempurna. Manusia menciptkan kebudayaan yang berbeda-beda disetiap
kalangannya, dan melestarikannya secara turun temurun. Manusia disebut sebagai
makhluk Tuhan yang paling sempurna karena manusia mempunyai akal budi yang
diberikan oleh Tuhan agar mampu membedakan mana yang benar dan mana yang tidak
benar, juga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi
pemimpin di muka bumi ini.
Selain itu juga manusia juga
disebut sebagai “makhluk sosial” yaitu dimana manusia tidak dapat hidup sendiri
melainkan hidup berdampingan antara individu satu dengan individu yang lain.
Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia
dengan segala isi yang ada di dunia ini.
Kebudayaan mempunyai kegunaan
yang sangat besar bagi manusia.Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang
mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan
alamnya.Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai :Suatu hubungan pedoman
antarmanusia atau kelompoknya,
Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan
lain sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia, Pembeda manusia dan binatang, Petunjuk-petunjuk tentang
bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam pergaulan, Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain,
Sebagai modal dasar pembangunan.
Manusia dalam hidupnya tak lepas dari permasalahan.Manusia
dalam hidupnya pasti pernah mengalami kegelisahan. Gelisah tergolong
penyakit batin, penyakit ini dapat menyerangsiapa saja, dari golongan apa, dan
bangsa apapun. Bila dibandingkan dengan rasa takut, daerah operasinya lebih
luas.Sebab orang yang pemberani, tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau
orang yang mempunyai obat penangkal takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama
orang yang pernah mengerjakan perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut
untuk dituntut. Begitu pula seorang yang kaya, pasti tidak akan takut
kelaparan, dan sebagainya. Tetapi walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan
sebagainya pasti akan dilanda perasaan gelisah.
Gelisah
adalah kata ungkapan perasaan psikologis atau kejiwaan seseorang. Menurut arti
katanya, “gelisah” artinya: perasaan tidak tentram, perasaan tidak tenang,
perasaan tidak sabar lagi, perasaan cemas dan khawatir. Perasaan tersebut
bersifat kodrati yang bersumber pada unsur “rasa” dalam diri manusia.Gelisah
dan kegelisahan adalah gejala universal, khawatir, yang ada pada manusia
manapun.kodrati yang bersumber pada unsur “rasa” dalam diri manusia.
Kegelisahan yang sering terjadi pada manusia adalah disaat
seseorang pernah melakukan sebuah perbuatan buruk.Hal ini lah yang membuat
seseorang mengalami kegelisahan.Hatinya tidak tenang, dia merasa cemas.Karena
terlalu memikirkan perbuatan buruk yang sudah dilakukannya.Akhirnya orang
tersebut terlihat murung, menyendiri dan merasa kesepian dan terasing.
1.2 Tujuan Penulisan
a. Dapat menjelaskan pengertian kebudayaan
b. Dapat menjelaskan perwujudan dan
substansi kebudayaan
c. Dapat menjelaskan sifat kebudayaan
d. Dapat menjelaskan pencipta dan pengguna
kebudayaan
e. Dapat menjelaskan pengaruh budaya terhadap
lingkungan
f. Dapat menjelaskan proses dan perkembangan
kebudayaan
g. Dapat menjelaskan problematika kebudayaan
h. Dapat menjelaskan kegelisahan dan gejala
i.
Dapat menjelaskan faktor penyebab kegelisahan
1.3 Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan adalah kajian
pustaka.Penulis mengumpulkan data dari pustaka yang
berhubungan dengan manusia dan kebudayaan serta manusia dan kegelisahan baik
berupa buku, jurnal, ataupun dari media internet.
II Pembahasan
2.1Manusia
Dan Kebudayaan
2.1.1 Pengertian
Kebudayaan
Budaya
adalah bentuk jamak dari kata “budi” dan “daya” yang berarti cinta, karsa, dan rasa.Kata
“budaya” sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta,
budhayah, yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal.Dalam
bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture.Dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur.Dalam bahasa Latin, berasal dari dari kata colera.Colera berarti mengolah, dan mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah (bertani).
Kemudian
pengertian ini berkembang dalam arti culture,
yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah
alam. Pengertian budaya atau kebudayaan menurut beberapa ahli, sebagai berikut
:
1) E.B. Tylor
(1832-1917), budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
2) R. Linton (1893-1953),
kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan
hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan
diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3) Koentjaraningrat (1923-1999),
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan
belajar.
4) Selo Soemardjan (1915-2003),
dan Soelaeman Soemardi kebudayaan
adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
5) Herkovits (1985-1963),
kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
Dengan
demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia
baik material maupun nonmaterial. Sebagian besar ahli yang mengartikan
kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang
mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana
menuju tahapan yang lebih kompleks.
2.1.2
Perwujudan Kebudayaan
Beberapa ilmuwan seperti Talcott Parson (Sosiolog) dan al Kroeber (Antropolog) menganjurkan
untuk membedakan wujud kebudayaan secara tajam sebagai suatu sistem.Di mana
wujud kebudayaan itu adalah sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas
manusia yang berpola. Demikian pula J.J
Honigmann dalam bukunya The World of
Man (1959) membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu (1) ideas, (2) activities,
and (3) artifact. Sejalan dengan
pikiran para ahli tesebut, Koentjaraningrat
mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud,
yaitu :
1.
Wujud
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, danperaturan.
Wujud tersebut menunjukkan wujud ide
dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang, ataupun difoto,
dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan yang
bersangkutan itu hidup.Kebudayaan ideal ini disebut pula tata kelakuan, hal ini
menunjukkan bahwa budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan
member arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat
sebagai sopan santun.Kebudayaan ideal ini dapat disebut adat atau adat
istiadat, yang sekarang banyak disimpan dalam arsip, tape, dan computer.
Kesimpulannya,
budaya ideal ini adalah merupakan perwujudan dan kebudayaan yang bersifat
abstrak.
2.
Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
Wujud tersebut dinamakan sistem
social, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu
sendiri.Wujud ini bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan karena dalam
sistem sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan
berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat.Lebih jelasnya
tampak dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat mereka berinteraksi dalam
pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
Kesimpulannya,
sistem sosial ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret, dalam
bentuk perilaku dan bahasa.
3.
Wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud yang kebudayaan terakhir ini
disebut pula kebudayaan fisik. Di mana wujud budaya ini hamper seluruhnya
merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat). Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan difoto yang berwujud besar ataupun kecil.
Contohnya:
Candi Borobudur (besar), kain batik, dan kancing baju (kecil), teknik bangunan,
misalnya, cara pembuatan tembok dengan fondasi rumah yang berbeda bergantung
pada kondisi.
Kesimpulannya,
kebudayaan fisik ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret,
dalam bentuk materi/artefak.
2.1.3
Substansi (Isi) Utama Budaya
Substansi
(isi) utama merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia
yang bermunculan didalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu
sendiri, baik dalam bentuk maupun berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan
hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
1. Sistem
Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia
sebagai makhluk sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam
hal berusaha memahami :
a. Alam
sekitar;
b. Alam
flora di daerah tempat tinggal;
c. Alam
fauna di daerah tempat tinggal;
d. Zat-zat
bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e. Tubuh
manusia;
f. Sifat-sifat
dan tingkah laku sesama manusia; dan
g. Ruang
dan waktu
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di
atas manusia, maka melakukan tiga cara, sebagai berikut :
a) Melalui
pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui pengalaman langsung ini
akan membentuk kerangka pikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai
dengan aturan yang dijadikan pedomannya.
b) Melalui
pengalaman yang diperoleh baik pendidikan formal/resmi (disekolah) maupun dari
pendidikan nonformal (tidak resmi), seperti khusus-khusus, penataran-penataran,
dan ceramah.
c) Melalui
petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi
simbolis.
2. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu
diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai
anggota masyarakat.Oleh karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila
berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik
(nilai-moral atau etis), dan religious (nilai agama).
3. Pandangan
Hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi
suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah
yang dihadapinya.Di dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang
dicita-citakan oleh suatu masyarakat.Oleh karena itu, pandangan hidup merupakan
nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dengan dipilih secara selektif
oleh individu, kelompok, atau bangsa.
4. Kepercayaan
Kepercayaan
mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Pada
dasarnya, manusia yang memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang
Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya, yang dianggap
mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi
ketidakmampuan manusia dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup, dan hanya
yang Mahatinggi saja yang mampu memberikan kekuatan dalam mencari jalan keluar
dari permasalahan hidup dan kehidupan.
5. Persepsi
Persepsi atau sudut pandang ialah suatu
titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan
untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.
Persepsi terdiri atas:
1)persepsi sensoris, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan
salah satu indra manusia;
2)persepsi telepati, yaitu kemampuan
pengetahuan kegiatan mental individu lain; dan
3) persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau
kejadian di tempat lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.
6. Etos
Kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam
antropolog) berasal dari bahasa Inggris berarti watak khas. Etos sering tampak
pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran-kegemaran warga masyarakatnya,
serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang
asing. Contohnya, kebudayaan Batak dilihat oleh orang Jawa, sebagai orang yang
agresif, kasar, kurang sopan, tegas, konsekuen, dan berbicara apa adanya.
Sebaliknya kebudayaan Jawa dilihat oleh orang Batak, memancarkan keselarasan,
kesuraman, ketenangan yang berlebihan, lamban, tingkah laku yang sukar ditebak,
gagasan yang berbelit-belit, feodal, serta diskriminasi terhadap tingkatan
sosial.
2.1.4
Sifat-Sifat Budaya
Kendati
kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di
Indonesia yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang berbeda, tetapi
setiap kebudayaan mempunyai ciri atau sifat yang sama. Sifat tersebut bukan
diartikan secara spesifik, melainkan bersifat universal. Di mana sifat-sifat
budaya itu akan memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia
tanpa budaya di mana pun.
Sifat
hakiki dari kebudayaan tersebut sebagai berikut :
1. Budaya
terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
2. Budaya
telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak
akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Budaya
diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Budaya
mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan
yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan
tindakan-tindakan yang diizinkan.
2.1.5
Manusia sebagai Pencipta dan Pengguna
Kebudayaan
Tercipta atau terwujudnya suatu
kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala isi alam
raya ini.Manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan pikirannya
menjadikan mereka khalifah di muka Bumi dan diberikan kemampuan yang disebutkan
oleh Supartono dalam Rafael Raga Maran, (1999: 36) sebagai daya manusia.Manusia
memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensia, dan intuisi; perasaan
dan emosi; kemauan; fantasi; dan perilaku.
Dengan sumber-sumber kemampuan daya
manusia tersebut, maka nyatalah bahwa manusia menciptakan kebudayaan.Ada
hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan.Kebudayaan adalah produk
manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain,
kebudayaan ada karena ada manusia penciptanya dan manusia dapat hidup di tengah kebudayaan yang diciptakannya.
Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai pendukungnya.
Dialektika ini didasarkan pada pendapat Peter L. Berger (1929), yang menyebutkan
sebagai dialektika fundamental.
Dialektika fundamental ini terdiri atas tiga tahap: (1) tahap eksternalisasi; (2) tahap objektivasi; dan (3) tahap internalisasi.
Tahap eksternalisasi adalah proses
pencurahan diri manusia secara terus-menerus ke dalam dunia melalui aktivitas
fisik dan mental. Tahap objektivitas adalah tahap aktivitas manusia
menghasilkan suatu realita objektif, yang beradadi luar manusia.Tahap
internalisasi adalah tahap di mana realitas objektif hasil ciptaan manusia
diserap oleh manusia kembali.Jadi, ada hubungan berkelanjutan antara realitas
internal dengan realitas eksternal.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang
sangat besar bagi manusia. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi
masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun kekuatan lain yang tidak
selalu baiknya. Kecuali itu, manusia memerlukan kepuasan baik di bidang
spiritual maupun materiel.Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi oleh kebudayaan
yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
Hasil karya manusia menimbulkan
teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap
lingkungan alamnya, sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai berikut :
1. Suatu
hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya.
2. Wadah
untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3. Sebagai
pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.
4. Pembeda
manusia dan binatang.
5. Petunjuk-petunjuk
tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku di dalam pergaulan.
6. Pengaturan
agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan
sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7. Sebagai
modal dasar pembangunan.
Manusia
merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan
kebudayaan.Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai
hasil ciptaannya.Kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah
lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya.
Kebudayaan
mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai macam
kekuatan harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam dan
kekuatan lain. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik
secara spiritual maupun materiel.Kebudayaan masyarakat tersebut sebagian besar
dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.Hasil karya
masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai
kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan di dalamnya.
Dalam
tindakan untuk melindungi diri dari lingkungan alam, pada taraf permulaan
manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di dalam batas-batas untuk
melindungi dirinya.Keadaan yang berbeda pada masyarakat yang telah kompleks, di
mana taraf kebudayaannya lebih tinggi.Hasil karya tersebut yaitu teknologi yang
memberikan kemungkinan yang luas untuk memanfaatkan hasil alam bahkan menguasai
alam.
2.1.6
Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan
Budaya
yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat
kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari
masyarakatnya yang tampak dari luar, artinya orang asing. Dengan menganalisis
pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengtahui, mengapa
suatu lingkungan tertentu akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan
menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Usaha
untuk menjelaskan perilaku manusia sebagai perilaku budaya dalam kaidah dengan
lingkungannya, terlebih lagi perspektif lintas budaya akan mengandung banyak
variabel yang saling berhubungan dalam keseluruhan sistem terbuka. Pendekatan
yang saling berhubungan dengan psikologi lingkungan adalah pendekatan sistem
yang melihat rangkaian sistemik antara beberapa subsistem yang ada dalam
melihat kenyataan lingkungan total yang melingkupi satuan budaya yang ada.
Beberapa
variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan sebagai
berikut :
1. Physical Environment,
menunjuk pada lingkungan natural, seperti temperature, curah hujan, iklim,
wilayah geografis, flora, dan fauna.
2. Cultural Social Environment,
meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisasi seperti :
norma-norma, adat istiadat, dan nilai-nilai.
3. Environment Orientation and
Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan
kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya.
4. Environment Behavior and Process,
meliputi bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.
5. Out Carries Product,
meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah, komunitas, kota beserta
usaha-usaha manusia dalam memodifikasi lingkungan fisik seperti budaya
pertanian, dan iklim.
Dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan
dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai
dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan
masyarakat lainnya.
2.1.7
Proses dan Perkembangan Kebudayaan
Sebagaimana
diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan rasa manusia karena
kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannya sejalan dengan perkembangan
manusia itu.Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia sendiri
karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Perkembangan
kebudayaan terhadap dinamika kehidupan seseorang bersifat kompleks dan memiliki
eksistensi dan berkesinambungan dan juga menjadi warisan sosial.Seseorang mampu
memengaruhi kebudayaan dan memberikan peluang untuk terjadinya perubahan
kebudayaan.Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak akan terhindar
dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak-kontak
antarkelompok atau melalui proses difusi. Suatu kelompok sosial; akan
mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk
mengatasi atau memenuhi tuntunan yang dihadapinya.
Pengadopsian
suatu kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan
fisik.Misalnya iklim, topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Sebagai
contoh: orang-orang yang hidup di daerah yang kondisi lahan atau tanahnya subur
(produktif) akan mendorong terciptanya suatu kehidupan yang favourable untuk memproduksi bahan
pangan. Jadi, terjadi suatu proses keserasian antara lingkungan fisik dengan
kebudayaan yang terbentuk di lingkungan tersebut, kemudian ada keserasian juga
antara kebudayaan masyarakat yang satu dengan kebudayaan masyarakat tetangga
dekat. Kondisi lingkungan seperti ini memberikan peluang untuk berkembangnya
peradaban (kebudayaan) yang lebih maju.Misalnya, dibangun sistem irigasi,
teknologi pengolahan lahan dan makanan, dan sebaginya.
Kebudayaan
dari suatu kelompok sosial tidak secara komplet ditentukan oleh lingkungan
fisik saja, namun lingkungan tersebut sekadar memberikan peluang untuk
terbentuknya sebuah kebudayaan.Dari waktu ke waktu, kebudayaan berkembang
seiring dengan majunya teknologi (dalam hal ini adalah sistem telekomunikasi)
yang sangat berperan dalam kehidupan setiap manusia.Perkembangan zaman
mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala bidang, termasuk dalam hal
kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan
bergeser. Cepat atau lambat pergeseran ini akan menimbulkan konflik antara
kelompok-kelompok yang menghendaki perubahan dengan kelompok-kelompok yang
tidak menghendaki perubahan.
Suatu
komunitas dalam kelompok sosial bisa saja menginginkan adanya perubahan dalam
kebudayaan yang mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman
yang mereka hadapi saat ini.Namun perubahan kebudayaan ini kadang kala
disalah-artikan menjadi suatu penyimpang kebudayaan.Interpretasi ini mengambil
dasar pada adanya budaya-budaya baru yang tumbuh dalam komunitas mereka yang
bertentangan dengan keyakinan mereka sebagai penganut kebudayaan tradisional
selama turun-temurun.
Hal
yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya
control atau kendali terhadap perilaku regular (yang tampak) yang ditampilkan
oleh para penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan
sangat bertolak belakang dengan budaya yang dianut di dalam kelompok sosialnya.Yang
diperlukan disini adalah kontrol sosial yang ada di masyarakat, yang menjadi
suatu “cambuk” bagi komunitas yang menganut kebudayaan tersebut.Sehingga mereka
dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.
2.1.8
Problematika Kebudayaan
Beberapa
Problematika Kebudayaan antara lain :
1. Hambatan
budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Keterkaitan
orang Jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun-temurun diyakini
sebagai pemberi berkah kehidupan.Mereka terkadang enggan meninggalkan kampong halamannya atau beralih pola hidup
sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya belum begitu bagus,
2. Hambatan
budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang hambatan
budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini dapat
terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya, program
Keluarga Berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa
banyak anak banyak rezeki.
3. Hambatan
budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya
untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk
bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan
hidup mereka di tempat yang lama.
4. Mereka
yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat
daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar, karena
pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima
program-program pembangunan.
5. Sikap
tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap
ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang
menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka
miliki secara turun-temurun
6. Sikap
Etnosentrisme.
Sikap
etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu
timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan
antargolongan.
Kebudayaan
yang berkembang dalam suatu wilayah seperti Indonesia sebagai negara kepulauan
yang terdiri dari beberapa suku bangsa dan budaya yang beraneka
ragam.Masing-masing kebudayaan itu dianggap sebagai satu ciri khas daerah
lokal. Yang terkadang justru menimbulkan sikap etnosentrisme pada anggota
masyarakat dalam memandang kebudayaan orang lain.
Sikap
etnosentrisme dapat menimbulkan kecenderungan perpecahan dengan sikap kelakuan
yang lebih tinggi terhadap budaya lain.
7. Perkembangan
IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali disalahgunakan oleh manusia,
sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan
untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan
tetapi dalam penggunaannya namyak disalahgunakan yang justru mengganggu
kesehatan manusia.
2.2Manusia
Dan Kegelisahan
2.2.1
Kegelisahan Dan Gejala
1. Konsep
Kegelisahan
Gelisah
adalah kata ungkapan perasaan psikologis atau kejiwaan seseorang. Menurut arti
katanya, “gelisah” artinya: perasaan tidak tentram, perasaan tidak tenang,
perasaan tidak sabar lagi, perasaan cemas dan khawatir. Perasaan tersebut
bersifat kodrati yang bersumber pada unsur “rasa” dalam diri manusia.Gelisah
dan kegelisahan adalah gejala universal, khawatir, yang ada pada manusia
manapun.
Kegelisahan
yang terjadi pada seseorang dapat disebabkan oleh berbagai factor yang saling
berkaitan, yang bersumber pada keadaan tertentu, perbuatan orang lain, atau
sikap dan perbuatan sendiri. Berbagai fakktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ketidakpastian,
yaitu bersumber pada keadaan tertentu, misalnya krisis moneter atau pengecauan
keamanan pada keadaan yang tidak henti-hentinya, sehingga tidak dapat
dipastikan kapan berakhirnya.
b. Ketidakpastian,
yang bersumber pada perbuatan orang lain, misalnya penculikan seseorang anak
atau meralikan anak gadis yang tidak diketahui dibawa kemana, sehingga tidak
dapat dipastikan mengenai nasibnya.
c. Keteransingan,
yang bersumber pada sikap diri sendiri, misalnya angkuh, sombong atau tidak
perduli dengan tetangga, sehingga karena sikapnya yang tidak simpatik itu dia
terasing dari masyarakat.
d. Kesepian,
yang bersumber pada perbuatan sendiri misalnya penyelewengan dengan wanita lain
Kegelisahan
hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam
situasi tertentu.Gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang umumnya
misalnya berjalan mondar mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala
dan lain-lain. Kegelisahan seseorang dapat juga diamati melalui ketidak adaan
minat minat bekerja, tidak mau makan seperti biasanya, tidur seperti diatas
bara, atau tidak ada minat belajar.
2. Kegelisahan,
Pengaruhnya, dan Harapan
Kegelisahan
yang terjadi pada seseorang akan berpengaruh secara psikologis, tidak hanya
pada kehidupan pribadinya, tetapi jiga pada kehidupan orang lain, yaitu anggota
keluarga, masyarakat tetangga.Kegelisahan pada dasarnya dapat terjadi karena
suasana yang tidak pasti
(ketidakpastian), merasa tersaing (ketersaingan), merasa sepi (kesepian)
akibat sikap dan perbuatan sendiri. Dampaknya dapat diperkirakan, ancaman
kemungkinan hilangnya harga diri atau martabat dimata tetangga, kehilangan nama
baik dimata masyarakat, jabatan dikantor, ataupun kehilangan kekayaan.
Ketidakpastian,
keterasingan dan kesepian tidak selalu berdiri sendiri-sendiri, dapat terjadi
kait mengait satu sama lain. Misalnya, keterasingan dapat membuat orang
kesepian, tetapi kesepian belum tentu membuat orang dalam keterasingan.Orang yang
mengalami tidak kepastian merasa gelisah, tetapi tidak kesepian atau tidak
terasing.Ketiga factor penyebab rasa kegelisahan ini harus mengenai nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat unik, yaitu menyentuh harkat dan martabat
manusia.Kegelisahan dalam arti sehari – hari yang tidak unik, tidak menyentuh
harkat dan martabat manusia tidak termasuk dalam ketiga konsep tersebut.
Kegelisahan
selalu mengarah pada suasana negative atau ketidaksempurnaan, tetapi mempunyai
harapan.Kegelisahan juga mengarah pada suasana positif atau optimis karena
masih ada harapan bebas dari kegelisahan, yang mendorong manusia mencari
kesempurnaan dan mendorong manusia menjadi kreatif dan produktif.
2.2.2
Faktor Penyebab Kegelisahan
1. Ketidakpstian
Ketidakpastian artinya keadaan yang tidak
pasti, tidak tentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, keadaan tanpa arah yang
jelas, keadaan tanpa asal usul yang jelas. Keadaan seperti inilah lebih kuat
pada status, nama baik dan martabat seseorang,, yang menyentuh nilai
kemanusiaannya sehingga dirasakan akan merugikan haknya. Ketidakpastian masih
memberi harapan kepada orang yang mengalaminya karna dengan ketidakpastian itu
dia berusaha mencari kesempurnaan supaya bebas dari kegelisahan.
2. Keterasingan
Keterasingan
artinya keadaan yang membuat tersisih, terpisah, dan terpencil dari masyarakat
baik-baik.Hal yang menjadi sumber keadaan keterasingan adalah perilakunya yang
tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat, atau karena
kekurangan yang ada pada diri sendiri, sehingga dia tidak dapat atau sulit
menyesuaikan diri dalam masyarakat.Perilaku yang tidak dapat diterima atau
dibenarkan itu selalu menimbulkan keonaran dalam masyarakat, sifatnya
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Hal
ini akan merugikan harta, nama baik, martabat, dan harga diri orang lain. Oleh
karena itu, orang yang berbuat dibenci oleh masyarakat dan berada dalam
keterasingan.Perbuatan itu misalnya mencuru, memperkosa, menganggu istri orang,
menghina orang, atau angkuh dan sombong.Kekurangan pada diri seseorang juga
dapat menempatkannya dalam keterasingan.Dalam hal ini, bukan masyarakat yang
membuat orang itu terasing, melainkan dirinya sendiri karena tidak
kemampuannya.
3. Kesepian
Kesepian
artinya keadaan sunyi, keadaan tidak ada seorangpun, keadaan tidak didampingi
orang, keadaan tidak punya apa-apa.Kesepian yang dimaksud adalah kesepian dalam
asri psikologis yang dalam yang sangat berpengaruh pada jalan kehidupan
manusia. Kesepian membuat manusia gelisah karena menyentuh nilai-nilai
kemanusiaan, harkat, dan martabat manusia
Dalam kehidupan
manusia, kesepian tidak selalu mengubah jalan kehidupan manusia kearah yang
negative, yang merugikan ataupun yang menyengsarakan.Bahkan, dapat sebaliknya,
membuat manusia tenang dan betah tinggal dirumah sendiri.Ketenangan dirumah
sendiri bebas dari hiruk pikuk manusia dapat mendorong manusia menjadi kreatif
mencipta dan berkarya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Dari
makalah yang kami buat dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.
Budaya adalah bentuk jamak dari kata
“budi” dan “daya” yang berarti cinta,
karsa, dan rasa. Kata “budaya” sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta, budhayah, yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata
budaya berasal dari kata culture.
2.
Untuk membedakan wujud kebudayaan secara
tajam sebagai suatu sistem. Di mana wujud kebudayaan itu adalah sebagai suatu
rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Demikian pula J.J Honigmann dalam bukunya The World of Man (1959) membagi budaya
dalam tiga wujud, yaitu (1) ideas,
(2) activities, and (3) artifact.
3.
Substansi (isi) utama merupakan wujud
abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan didalam
masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk
maupun berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan,
persepsi, dan etos kebudayaan.
4.
Sifat-sifat budaya itu akan memiliki
ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa budaya di mana pun.
5.
Tercipta atau terwujudnya suatu
kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala isi alam
raya ini. Hasil karya tersebut yaitu teknologi yang memberikan kemungkinan yang
luas untuk memanfaatkan hasil alam bahkan menguasai alam.
6.
Kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan
dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai
dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan
masyarakat lainnya.
7.
Perkembangan kebudayaan terhadap
dinamika kehidupan seseorang bersifat kompleks dan memiliki eksistensi dan
berkesinambungan dan juga menjadi warisan sosial.
8.
Gelisah adalah kata ungkapan perasaan
psikologis atau kejiwaan seseorang. Menurut arti katanya, “gelisah” artinya:
perasaan tidak tentram, perasaan tidak tenang, perasaan tidak sabar lagi,
perasaan cemas dan khawatir. Perasaan tersebut bersifat kodrati yang bersumber
pada unsur “rasa” dalam diri manusia.Gelisah dan kegelisahan adalah gejala
universal, khawatir, yang ada pada manusia manapun.
9.
Terdapat factor-faktoryang
mempengaruhi kegelisahaan yaituketidakpastian, keterasingan, dan kesepian.
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini penulis berharap agar
pembaca dapat mengerti hubungan manusia dan kebudayaan serta hubungan manusia
dengan kegelisahan.Pembaca diharapkan mampu mengerti peranannya dalam
lingkungan kebudayaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi M. Elli dkk. 2013. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Jakarta: Pranadamedia Grup.
Rahayu Sri Ani.
2016. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: PT Bumi A