Minggu, 09 Desember 2018

Keselamatan Kerja di Laboratorium


Keselamatan Kerja di Laboratorium
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

A. Tata tertib penggunaan laboratorium
  1. Memakai baju khusus praktikum (baju lab) saat berada di laboratorium
  2. Meja kerja hanya boleh untuk meletakkan alat tulis, buku, bahan dan alat praktikum
  3. Tidak mencoba memegang alat dan bahan yang tidak diperlukan yang ada di laboratorium
  4. Tidak makan minum dan merokok dalam laboratorium
  5. Pengambilan zat tidak boleh berlebihan
  6. Bersihkan alat, meja dan ruangan setelah selesai praktikum
  7. Memisahkan sampah padat dan sampah cair. Sampah padat dibuang ditempat sampah, sampah cair dibuang di bak saluran pembuangan.
  8. Sisa pengambilan zat sebaiknya dibuang, jangan dimasukkan kembali ke botol asal untuk menghindari kontaminasi, meskipun dalam hal ini kadang terasa boros
  9. Sebelum meninggalkan ruangan, periksa dengan teliti kembali keadaan di dalam laboratorium
B. Keselamatan kerja di laboratorium
  1. Sebaiknya minum segelas susu sebelum praktikum untuk menetralkan tubuh dari pengaruh kontaminasi zat- zat kimia
  2. Kenakan penutup hidung dan mulut, kacamata dan sarung tangan saat mengambil zat- zat kimia yang mudah menguap dan berbahaya
  3. Wanita dan pria yang memiliki rambut panjang harus diikat, rambut panjang yang tidak terikat dapat menyebabkan kecelakaan. karena dapat tersangkut pada alat yang berputar.
  4. Hati- hati saat membawa dan menggunakan alat- alat praktikum yang terbuat dari kaca
  5. Gunakan alat bantu seperti pipa kaca, pipet tetes, sndok plastik atau pinset untuk mengambil zat- zat atau bahan
  6. Bila ada bagian tubuh yang terkena zat kimia, sgera basuh dengan air
  7. Gunakan obat- obatan P3K bila ada yang terluka
  8. Sgera muntahkan jika ada zat kimia yang masuk ke dalam mulut
  9. Jangan mencium zat kimia secara langsung, cara membaui zat adalah mengibas- ngibaskan tangan kemulut tabung
  10. Jika hendak memanaskan tabung reaksi arahkan mulut tabung reaksi tersebut menjauh dari wajaw. Panaskan tabung reaksi tersebut dengan cara digerak- gerakkan sehingga pemanasan tidak pada satu sisi.
  11. Bila terjadi kebakaran segera padam kan dengan alat pemadam kebakaran atau tutup dengan lab tebal yang sudah dibasahi air
  12. Cucilah tangan dngan sabun setelah praktikum
  13. Jika hendak mencampur larutan dengan zat tambahan yang dapat menimbulkan reaksi, lakukanlah dengan pipet setetes demi setetes melalui bagian pinggir tabung reaksi.
C. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di laboratorium

1. Luka
  • Luka lecet. Bersihkan luka dengan air dingin atau hangat, mengalir dan bukan dicelupkan. Antiseptik sebaiknya ditambahkan untuk membantu membersihkan luka. Diberi betadin, dan ditutup dengan kasa steril kemudian diplester atau dibalut. 
  • Luka iris. Luka akibat benda tajam seperti pisau atau pecahan kaca. Bersihkan dengan air matang bersih, diberi obat merah atau antiseptik, dirapatkan dan dibalut, atau ditutup dengan plester atau kain kasa yang bersih. 
  • Luka tusuk. Luka yang disebabkan oleh benda berujung runcing seperti paku, jarum atau tertikam. Luka dibersihkan, ditutup, dan korban dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit untuk mendapat suntikan anti tetanus. 
  • Luka memar . Luka tertutup dimana kerusakan jaringan dibawah kulit disertai perdarahan yang dari luar tampak kebiruan. Penanganannya dengan kompres air hangat –dingin bergantian, dan meninggikan bagian yang luka. 
  • Luka bakar
* Luka bakar akibat zat kimia asam 
Hapus zat asam dengan kapas atau kain halus, cuci dengan air mengalir sbanyak- sebanyaknya, selanjutnya cuci dengan larutan Na2CO3 1%. Cuci lagi luka dengan air, keringkan, olesi dengan salep lavertan (salep minyak ikan) dan balut dengan kain perban. 

* Luka bakar akibat zat kimia basa 
Cuci dengan air sebanyak- banyaknya. Bilas dengan asam asetat 1%. Cuci kembali dengan air. Keringkan, olesi dengan salep boor. Balut dengan kain perban.
* Luka bakar karena panas 
Bila kulit hanya memerah, olesi dengan salep lavertan. Bila sampai terassa nyeri kompres dengan air secepatnya dan bawa ke dokter. Bila luka terlalu besar jangan diberi obat apapun, tutup luka dengan kain perban dan bawa segera ke dokter.
2. Keracunan melalui mulut
  • Bila zat hanya sampai dimulut segera kumur- kumur sebanyak- banyaknya
  • Bila zat tertelan segera muntahkan. Jika tidak bisa muntah pancing dengan minum segelas air yang dicampurkan 2 sendok teh garam dapur atau pancing dengan jari yang dimasukkan ke pangkal tenggorokan hingga dapat muntah
  • Jika korban pingsan, hindari pemberian sesuatu melalui mulut, segera bawa ke dokter
3. Keracunan zat melalui hidung 
Bawa si penderita ke tempat yang udaranya segar. Bila korban tidak bernafas, berikan nafas buatan.
4. Mata terkena percikan zat kimia 
Segera basuh dengan air sebanyak- banyaknya.

D. Simbol- simbol keselamatan kerja dan maknanya
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0TogJ4u7Kb8krKalemf2hyphenhyphenuzHlWVhIPY7hC3py-BrteGd_aTByXod6l_B3xCXezywANUKLZvnNxdgeQ0pAoP2cHNvYbElwVClmT_AF0ia18utAo3zf2R4dwfHrZLNUSYgiO_uoX_YIWg/s640/simbool.PNG

PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM


RESUME PENGELOLAAN LABORATORIUM FISIKA
‘’PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM’’


 

 

Nama         : Priska Deboranita Nababan
NIM          : A1C317045
Kelas         : Pendidikan Fisika Reguler A 2017








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018


 



Pengolahan Limbah Secara Fisika, Kimia & Biologi
Pengolahan Limbah Secara Fisika.
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air limbah, diharapkan agar bahan-bahan tersuspensi dalam air limbah yang berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Tahap penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar biasanya dengan menggunakan sand filter dengan ukuran silica yang disesuaikan dengan bahan-bahan tersuspensi yang akan disaring. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudahdengan proses pengendapan, pada proses ini bisa dilakukan tanpa tambahan bahan kimia bila ukurannya sudah besar dan mudah mengendap tapi dalam kondisi tertentu dimana bahan-bahan terususpensi sulit diendapkan maka akan digunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu dalam proses sedimentasi, pada proses ini akan terjadi pembentukan flok-flok dalam ukuran tertentu yang lebih besar sehingga mudah diendapkan pada proses yang menggunakan bahan kimia ini masih diperlukan pengkondisian pH untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses absorbsi atau proses reverse osmosisnya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
Pengolahan Limbah Secara Kimia.
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan  untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
Pengolahan Limbah Secara Biologi.
Pengolahan air buangan secara biologis adalah salah satu cara pengolahan yang diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang terkandung dalam air buangan dengan memafaatkan aktivitas mikroorganisme untuk melakukan perombakan substrat tersebut.
Proses pengolahan air buangan secara biologis dapat berlangsung dalam tiga lingkungan utama, yaitu :
  • Lingkungan aerob, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air cukup banyak, sehingga oksigen bukan merupakan faktor pembatas;
  • Lingkungan anoksik, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air ada dalam konsentrasi yang rendah.
  • Lingkungan anaerob, merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu tidak terdapat oksigen terlarut, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas berlangsungnya proses metabolisme aerob.
Berdasarkan pada kondisi pertumbuhan mikroorganisme yang bertanggung jawab pada proses penguraian yang terjadi, reaktor dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
  • Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan pada prosses biologis tumbuh dan berkembang biak dalam keadaan tersuspensi.
  • Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan pada proses penguraian substrat tumbuh dan berkembang biak dalam keadaan yang tersuspensi.
Faktor faktor yang mempengaruhi mekanisme proses biologi secara anaerob diantaranya adalah :
  • Temperatur,
  • pH (Keasaman),
  • Waktu Tinggal,
  • Komposisi Kimia Air Limbah,
  • Kompetisi Metanogen dan Bakteri Pemakan Sulfat,
  • Serta Zat Toksik.
namun yang akan dijelaskan disini hanya faktor faktor yang berhubungan dengan materi yang akan kita bahas yaitu mengenai proses penyesuaian pH, pelepasan senyawa penghambat dan suplementasi nutrien sebagai berikut :
a. Keasaman (pH).
Kebanyakan pertumbuhan bakteri metanogenik berada pada kisaran pH antara 6,7 – 7,4, tetapi optimalnya pada kisaran pH antara 7,0 -7,2 dan proses dapat gagal jika pH mendekati 6,0. Bakteri acidogenik mengahasilkan asam organik, yang cenderung menurunkan pH bioreaktor. Pada kondisi normal, penurunan pH ditahan oleh bikarbonat yang dihasilkan oleh bakteri metanogen. Dibawah kondisi lingkungan yang berlawanan kapasitas buffering dari sistem dapat terganggu, dan bahkan produksi metan dapat terhenti. Salah satu metode untuk memperbaikikeseimbangan pH adalah dengan meningkatkan alkaliniti dengan menambah bahan kimia seperti lime (kapur), anhydrous ammonia, sodium hidroksida , atau sodium bikarbonat.
b. Zat Toksik.
Zat toksik kadang kadang dapat menyebabkan kegagalan pada proses penguraian limbah dalam proses anaerobik. Terhambatnya pertumbuhan bakteri metanogen pada umumnya ditandaidengan penurunan produksi metan dan meningkatnya konsentrasi asam asam volatil.
Berikut ini adalah beberapa zat toksik yang dapat menghambat pembentukan metan, yaitu :
  • Oksigen
  • Amonia
  • Hidrokarbon terklorinasi
  • Senyawa Benzen
  • Formaldehid
  • Asam volatil
  • Asam lemak rantai panjang
  • Logam Berat
  • Sianida
  • Sulfida
  • Tanin
  • Salinitas
  • Dan Efek Balik( Feedback Inhibition )