RESUME PENGELOLAAN LABORATORIUM FISIKA
‘’PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM’’
Nama : Priska Deboranita Nababan
NIM : A1C317045
Kelas : Pendidikan Fisika Reguler A 2017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
Pengolahan Limbah Secara
Fisika, Kimia & Biologi
Pengolahan Limbah
Secara Fisika.
Pada umumnya, sebelum dilakukan
pengolahan lanjutan terhadap air limbah, diharapkan agar bahan-bahan
tersuspensi dalam air limbah yang berukuran besar dan yang mudah mengendap atau
bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Tahap penyaringan
(screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar biasanya dengan menggunakan sand filter dengan
ukuran silica yang disesuaikan dengan bahan-bahan tersuspensi yang akan
disaring. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara
mudahdengan proses pengendapan, pada proses ini bisa dilakukan tanpa tambahan
bahan kimia bila ukurannya sudah besar dan mudah mengendap tapi dalam kondisi
tertentu dimana bahan-bahan terususpensi sulit diendapkan maka akan digunakan
bahan kimia sebagai bahan pembantu dalam proses sedimentasi, pada proses ini
akan terjadi pembentukan flok-flok dalam ukuran tertentu yang lebih besar
sehingga mudah diendapkan pada proses yang menggunakan bahan kimia ini masih
diperlukan pengkondisian pH untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Parameter desain yang utama untuk
proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi
hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk
menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak
mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai
cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur
endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation). Proses filtrasi dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan
untuk mendahului proses absorbsi atau proses reverse osmosisnya, akan
dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam
air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang
dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon
aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan
senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan
kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya
diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan
ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan
operasinya sangat mahal.
Pengolahan
Limbah Secara Kimia.
Pengolahan air buangan secara kimia
biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah
mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun;
dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan
tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan
tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan
(flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga
berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang
tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan
yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid
tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan
senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya)
sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan
hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5
dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen,
sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi
menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau
Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada
konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2),
kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat
memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya
pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
Pengolahan Limbah Secara Biologi.
Pengolahan air buangan secara
biologis adalah salah satu cara pengolahan yang diarahkan untuk menurunkan atau
menyisihkan substrat tertentu yang terkandung dalam air buangan dengan
memafaatkan aktivitas mikroorganisme untuk melakukan perombakan substrat
tersebut.
Proses pengolahan air buangan secara biologis dapat
berlangsung dalam tiga lingkungan utama, yaitu :
- Lingkungan aerob, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air cukup banyak, sehingga oksigen bukan merupakan faktor pembatas;
- Lingkungan anoksik, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air ada dalam konsentrasi yang rendah.
- Lingkungan anaerob, merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu tidak terdapat oksigen terlarut, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas berlangsungnya proses metabolisme aerob.
Berdasarkan pada kondisi pertumbuhan
mikroorganisme yang bertanggung jawab pada proses penguraian yang terjadi,
reaktor dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
- Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan pada prosses biologis tumbuh dan berkembang biak dalam keadaan tersuspensi.
- Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan pada proses penguraian substrat tumbuh dan berkembang biak dalam keadaan yang tersuspensi.
Faktor faktor yang mempengaruhi mekanisme proses
biologi secara anaerob diantaranya adalah :
- Temperatur,
- pH (Keasaman),
- Waktu Tinggal,
- Komposisi Kimia Air Limbah,
- Kompetisi Metanogen dan Bakteri Pemakan Sulfat,
- Serta Zat Toksik.
namun yang akan dijelaskan disini hanya faktor faktor yang berhubungan
dengan materi yang akan kita bahas yaitu mengenai proses penyesuaian pH,
pelepasan senyawa penghambat dan suplementasi nutrien sebagai berikut :
a. Keasaman (pH).
Kebanyakan pertumbuhan bakteri metanogenik berada pada kisaran pH antara
6,7 – 7,4, tetapi optimalnya pada kisaran pH antara 7,0 -7,2 dan proses dapat
gagal jika pH mendekati 6,0. Bakteri acidogenik mengahasilkan asam organik,
yang cenderung menurunkan pH bioreaktor. Pada kondisi normal, penurunan pH
ditahan oleh bikarbonat yang dihasilkan oleh bakteri metanogen. Dibawah kondisi
lingkungan yang berlawanan kapasitas buffering dari sistem dapat terganggu, dan
bahkan produksi metan dapat terhenti. Salah satu metode untuk
memperbaikikeseimbangan pH adalah dengan meningkatkan alkaliniti dengan
menambah bahan kimia seperti lime (kapur), anhydrous ammonia, sodium hidroksida
, atau sodium bikarbonat.
b. Zat Toksik.
Zat toksik kadang kadang dapat menyebabkan kegagalan pada proses penguraian
limbah dalam proses anaerobik. Terhambatnya pertumbuhan bakteri metanogen pada
umumnya ditandaidengan penurunan produksi metan dan meningkatnya konsentrasi
asam asam volatil.
Berikut ini adalah beberapa zat toksik yang dapat menghambat pembentukan
metan, yaitu :
- Oksigen
- Amonia
- Hidrokarbon terklorinasi
- Senyawa Benzen
- Formaldehid
- Asam volatil
- Asam lemak rantai panjang
- Logam Berat
- Sianida
- Sulfida
- Tanin
- Salinitas
- Dan Efek Balik( Feedback Inhibition )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar