Selasa, 03 Desember 2019

DEPOT AIR MINUM


DEPOT AIR MINUM
            Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Tiga per empat bagian tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air juga merupakan zat yang paling parah akibat pencemaran. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan disebarkan melalui air. Penyakit-penyakit tersebut merupakan akibat semakin tingginya kadar pencemar yang memasuki air.3,20
Pengadaan air bersih untuk keperluan air minum, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan secara fisika, mikrobiologi, kimia, dan radioaktif. Parameter wajib penentuan kualitas air minum secara mikrobiologi adalah total bakteri Coliform dan Escherichia coli.5 Penentuan kualitas air secara mikrobiologi dilakukan dengan Most Probable Number Test. Jika di dalam 100 ml sampel air didapatkan sel bakteri Coliform memungkinkan terjadinya diare dan gangguan pencernaan lain.
 Pengujian mutu produk wajib dilakukan oleh depot air minum di Laboratorium Pemeriksaan Kualitas Air yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali. Pengujian tersebut bertujuan menjamin mutu produk air minum
Sekitar tahun 1999, mulai muncul usaha depot air minum isi ulang (18). Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada pembeli. yang dihasilkan, mendukung terciptanya persaingan usaha yang sehat, dan sebagai upaya perlindungan kepada konsumen. (8,12)
Depot air minum merupakan jenis sumber air minum terbanyak ketiga yang digunakan masyarakat Sumatera Barat berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 dengan persentase 17,2 % setelah sumur gali terlindung dan air ledeng dengan persentase masing-masing 22,1 % dan 20,8 % (4). Jumlah depot air minum isi ulang di Kota Padang berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang per November 2011 sebanyak 604 depot. Depot air minum isi ulang yang melakukan pemeriksaan mutu produk air dari Juni sampai November 2011 atau yang memenuhi Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Kepmenperindag) No. 651 Tahun 2004 sebanyak 120 depot. Kecamatan Bungus merupakan satu-satunya kecamatan di Kota Padang dengan depot air minum yang tidak melakukan uji produk air sesuai dengan aturan yang berlaku. Tidak satupun dari sembilan depot air minum yang melakukan pengujian produk air. (9)
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh air minum yang kualitas mikrobiologisnya buruk adalah diare (20). Diare termasuk sepuluh penyakit terbanyak di Kota Padang. Berdasarkan profil kesehatan Kota Padang tahun 2010, jumlah kasus diare sebanyak 12.744 kasus.
Air merupakan bagian dari lingkungan fisik yang mutlak harus ada untuk
kelangsungan kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan. Namun selain berguna bagi
kehidupan, air juga dapat merugikan apabila terjadi pencemaran pada air. Pencemaran air
dapat terjadi karena adanya cemaran secara fisik,cemaran dari bahan-bahan kimia baik
berupa bahan kimia organik dan anorganik serta adanya cemaran biologis yang berupa
mikroorganisme seperti bakteri pathogen,yang menyimpang dari standar persyaratan
kesehatan yang ditentukan. Dalam beberapa tahun terakhir ini usaha air minum isi ulang
telah berkembang pesat di beberapa kota di Indonesia termasuk Kota Kupang. Kebutuhan
masyarakat akan air minum yang terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk,tidak
diimbangi dengan ketersediaan air bersih yang ada. Air minum isi ulang adalah salah satu
jawaban pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat Indonesia yang murah dan praktis.
Hal ini yang menjadi alasan mengapa masyarakat memilih air minum isi ulang untuk
dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air minum pada depot air
minum isi ulang (DAMIU) wilayah kerja Puskesmas Oepoi Kota Kupang.Jenis penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif,dengan desain penelitiannya adalah cross secsional
study. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah depot air minum yang terdapat di
wilayah kerja Puskesmas Oepoi yang ditentukan oleh Puskesmas wilayah kerja yaitu
sebanyak 25 Depot air minum isi ulang (DAMIU). Hasil penelitian menunjukan bahwa
kualitas fisik air memenuhi syarat yaitu tidak berbau,tidak berasa dan tidak berwarna,
sedangkan kualitas kimia air yaitu tingkat kesadahan juga memenuhi syarat yaitu rata-rata
di bawah 500 mg/liter, serta hasil dari pada kualitas bakteriologisnya tidak memenuhi
syarat oleh karena masih terdapat 10 (40%) DAMIU airnya mengandung bakteri coliform
dan 5 (20%) DAMIU airnya mengandung bakteri e.coli. Disarankan Kepada para pemilik
DAMIU untuk lebih memperhatikan hygiene dan sanitasi pada selama proses produksi
karena sangat berpengaruh terhadap kualitas air minum isi ulang yang diproduksi misalnya
secara rutin melakukan pembersihan minimal sebulan sekali dan pengawasan dari pihak
terkait supaya diperketat.

PENGOLAHAN TANAH PASCA TSUNAMI


PENGOLAHAN TANAH PASCA TSUNAMI
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan daerah yang memiliki potensi cukup besar di bidang pertanian, terutama tanaman pangan. Luas lahan sawah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 331.236 ha. Produktivitas padi rata-rata mencapai 4.4 ton/ha (Distan TPH, 2004).
Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004 telah merubah Provinsi ini secara drastis pada segala bidang kegiatan masyarakat ; budaya, sosial dan ekonomi. Di bidang pertanian, kerusakan yang terjadi pada lahan, yang bersifat fisik – kimia – biologi, tidak dalam waktu dekat bisa direhabilitasi. Di sampingitufasilitas dan infrastruktur penyokong serta aspek psikologis masyarakat tani memerlukan penanganan khusus.
Rehabilitasi lahan pertanian di NAD, khususnya perbaikan kesuburan lahan pasca tsunami adalah usaha pertama dan utama yang harus dilakukan sebelum masukan teknologi lainnya bisa efektif dan efisien. Berhubung kerusakan lahan bersifat fisik – kimia – biologi karena bencana tsunami, maka penanganan lahan harus secara spesifik untuk menghilangkan kendala-kendala yang disebabkan oleh oleh gelombang tsunami dimana ion Na+ nya tinggi telah tertimbun (deposit) menyebabkan tanah padat sehingga tanah potensial menjadi rusak (John, 2005). Kendala utama yang harus dihilangkan (yang feasible untuk direhabilitasi dalam waktu dekat) adalah kegaraman/salinitas yang disebabkan oleh gelombang tsunami, serta keracunan unsur hara yang mungkin bisa disebabkan oleh peningkatan kadar garam, perubahan pH tanah (Peter, 2005).
Untuk ini teknologi yang dapat mengurangi/ menghilangkan salinitas dan beberapa unsur yang beracun sangat diperlukan; tanpa adanya teknologi tersebut produktivitas lahan tidak akan dapat dikembalikan.
Introduksi beberapa komponen teknologi padi sawah diharapkan mampu mengembalikan dan meningkatkan produktivitas 1- 2 ton/ha, sehingga sistem usahatani padi sawah menjadi usahatani yng kompetitif dibandingkan dengan komoditas tanaman semusim lainnya. Sasaran pendapatan usahatani padi (pendapatan bersih) yang merupakan resultante dari penerapan teknologi anjuran (Puslitbangtan, 2003).
Kerusakan pada sebagian besar lahan sawah yang produktif, di Provinsi NAD, diperlukan perbaikan lahan secara intensif, ini merupakan tanggung jawab dari semua pihak yang terkait khususnya Pemerintah Daerah. Hal ini harus diperlukan penanganan dengan segera karena pada umumnya sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani.
Melalui upaya perbaikan lahan dan introduksi beberapa komponen teknologi budidaya pada lahan yang terkena bencana alam tsunami diharapkan kondisi lahan pertanian dapat baik kembali, petani termotivasi kembali untuk berusahatani dan produksi yang maksimal dapat dicapai.
Solusi yang dapat ditempuh dalam menyikapi kondisi di atas adalah melalui beberapa cara, antara lain; kesesuaian varietas, penggunaan pupuk organik, pencucian lahan, terutama pada lahan yang terkena tsunami untuk menetralisir pengaruh salinitas pada tanaman, pembinaan dinamika kelompoktani, menjalin pola kemitraan serta jaringan pemasaran, juga melakukan diseminasi program serta adanya dukungan pemerintah daerah dalam pemberdayaaan kembali ekonomi masyarakat.


KUAT PENERANGAN


KUAT PENERANGAN
1. Kuat Penerangan (Illumination) Darmasetiawan & Puspakesuma (1991) mendefinisikan kuat penerangan ialah kuantitas/jumlah cahaya pada level pencahayaan / permukaan tertentu. [Satuan = lux (lumen/m2)] dan merekomendasikan kuat penerangan ruang kelas sebesar 250 lux. Menurut Standar Penerangan Buatan Dalam Gedung (1978), standar kuat penerangan kelas ialah 200 – 300 lux. Dengan tetap mematuhi standar tersebut dan untuk mengantisipasi depresiasi dari lampu, maka dalam penelitian ini ditetapkan kuat penerangan rata-rata yang ingin dicapai adalah minimum 250 lux.
2. Kuat Penerangan Yang Merata (Uniformity of illuminance) Oleh Cayless & Marsden (1966) dinyatakan bahwa kuat penerangan yang merata adalah penting karena tiga hal, yaitu dapat mengurangi variasi kuat penerangan dalam ruang dengan aktivitas sejenis; kepadatan cahaya dapat mempengaruhi kinerja dan kenyamanan visual; pencahayaan yang tidak merata tidak memuaskan secara subjektif. Pritchard (1986) menyatakan bahwa perencanaan pencahayaan dalam praktik pada umumnya bertujuan untuk tercapainya kuat penerangan yang merata pada seluruh bidang kerja. Pencahayaan yang sepenuhnya merata memang tidak mungkin dalam praktik, tetapi standar yang dapat diterima adalah kuat penerangan minimum serendah-rendahnya 80% dari kuat penerangan rata-rata ruang. Artinya, misalkan kuat penerangan rata-ratanya 100 lux, maka kuat penerangan dari semua titik ukur harus 80 lux. Selanjutnya oleh Pritchard dinyatakan bahwa hal ini dapat dicapai jika memenuhi spacing criteria (SC), yaitu perbandingan jarak antar pusat luminaireterhadap jarak luminaire ke bidang kerja (mounting height). SC 1,5 artinya jarak maksimum antar luminaire = 1,5 x mounting height-nya.
Dalam instalasi, suatu kuat penerangan atau iluminasi merupakan suatu ukuran dari cahaya yang jatuh pada sebuah bidang permukaan. Satuan iluminasi sesuai dengan Satuan Internasional (SI) adalah lux (lx) yaitu iluminasi yang dihasilkan oleh satu intensitas cahaya pada permukaan seluas 1 m2 atau lm/m2 (lumen per meter persegi).
Penerangan dalam ruangan menghasilkan cahaya yang ditujukan pada permukaan dimana pekerjaan dilakukan. Ruang kendali utama menggunakan sitem penerangan langsung. Pada penerangan langsung 90% sampai dengan 100% cahaya dipancarkan ke bidang kerja sehingga terjadi efek terowongan (tunneling effect) pada langit-langit yaitu tepat di atas lampu terdapat bagian yang gelap. Penerangan langsung ini dirancang menyebar dengan digunakannya reflektor.
Pada saat merancang skema penerangan dalam ruangan, metoda perancangan yang digunakan bergantung pada besarnya fluks total yang dibutuhkan untuk menghasilkan iluminasi tertentu pada suatu tempat di mana pekerjaan dilakukan. Metoda ini secara umum dikenal dengan nama metoda intensitas.

 Jenis kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan akan menentukan tingkat iluminasi yang dibutuhkan karena jenis kegiatan yang berbeda akan memerlukan tingkat iluminasi yang berbeda. Sesuai dengan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan pada kuat penerangan, maka kebutuhan tingkat kuat penerangan (iluminasi) pada Ruang Kendali Utama sebesar 500 lux sesuai dengan tabel 1.
Bila kuat penerangan berkurang maka suasana kerja menjadi kurang nyaman dan untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi menjadi sulit dikerjakan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengukuran dan perhitungan-perhitungan untuk menentukan besar kuat penerangan rata-rata pada ruang kendali utama apakah sudah sesuai dengan persyaratan yang ditentukan sehingga kenyamanan kerja di dalam ruang kendali utama untai uji termohidrolika dapat tercipta. Makalah ini membahas tentang perhitungan besar kuat penerangan rata-rata dalam suatu ruangan yang dihasilkan oleh beberapa sumber cahaya.


GLOBAL WARMING



GLOBAL WARMING

 Pada abad 18 telah dimulai revolusi industri antara lain dengan dibuatnya pabrik-pabrik, pembangkit listrik, kendaraan transportasi dan pertanian. Dua ratus tahun kemudian, negara-negara industri baru bermunculan baik di Eropa, Amerika bahkan di Asia. Industri memang membuat wajah dunia tampak semakin maju, misalnya kendaraan bermotor sebagai salah satu produk industri. Namun di sisi lain berdampak negatif terhadap lingkungan hidup manusia. Mesin-mesin kendaraan itu menggunakan bahan bakar dari bumi. Hasil pembakaran bahan bakar tersebut menghasilkan unsur CO dan CO2 yang menumpuk di udara dan akan menghasilkan efek seperti rumah kaca terhadap cahaya matahari yang akan masuk ke bumi. Bumi seolah-olah dilapisi oleh kedua gas tadi. Akibatnya, bumi terasa lebih panas dari biasanya. Hal ini disebut sebagai pemanasan global (Global Warming).
Saat ini perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia. Semakin banyak terjadi fenomena penyimpangan cuaca seperti badai, angin ribut,hujan deras, serta perubahan musim tanam. Belum lagi ancaman badai tropis, tsunami, banjir, longsor, kekeringan, meningkatnya potensi kebakaran hutan, punahnya berbagai jenis ikan dan rusaknya terumbu karang, serta krisis air bersih, bahkan peningkatan penyebaran penyakit parasitik seperti Malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD), serta terjadi peningkatan insiden alergi, penyakit pernafasan dan radang selaput otak ((encephalitis). Menurut sebagian besar pakar, kejadian ini diakibatkan oleh yang dinamakan pemanasan global (global warming),akibat dari meningkatnya kandungan gas rumah kaca .
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFOR), menjelaskan, bahwa pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (gelombang panas atau infra merah), yang dipancarkan ke bumi oleh gas-gas rumah kaca. Ada enam jenis gas rumah kaca, yaitu Karbondioksida ( CO ), Metana ( CH4 ), Nitrous oksida ( N2O ), Hydroperfluorokarbon ( HFCs ), Perfluorokarbon ( CFCs ), Sulfur Heksaflorida ( SF6). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Efek rumah kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa menyebar. Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis lapisan-lapisan teratas atmosfer, makin leluasa memancarkan radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Selanjutnya radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panjang atau gelombang panas matahari atau infra merah, sehingga semakin meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca. Lebih jelasnya prosesnya pemanasan gobal ini adalah sebagai berikut :
*      Energi yang masuk ke bumi mengalami serangkaian
*      proses
*      25% energi dipantulkan oleh awan atau partikel lain ke
*      atmosfer
*      25% diadsorpsi oleh awan
*      45% diadsorpsi oleh permukaan bumi
*      5% lagi dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
*      Energi yang diadsorpsi oleh awan dan permukaan bumi (25%+45% = 70%) dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah atau gelombang panas matahari
*      Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan, gas CO2 dan gas gas lain (efek rumah kaca), untuk dikembalikan ke permukaan bumi.

Beberapa dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global (global warming), dapat diinventarisasi, antara lain sebagai berikut :
a. Munculnya gelombang panas di be rbagai belahan dunia
Telah menimbulkan korban ribuan umat manusia di seluruh muka bumi. Menurut data, tahun 2003 Eropa telah dilanda gelombang panas dengan korban jiwa 35 ribu orang. Di India (Andhra Pradesh) pada tahun yang sama, dengan temperatur 50C menyebabkan kematian 1.400 orang. Musim panas ini, banyak kota di Amerika Serikat yang suhunya mencapai 100F atau di atas. 200 warga kota di barat dan timur mengalami hal yang sama, termasuk New Orleans.


b. Adanya Badai atau Angin Topan
Juli tahun 2005 terjadi badai di Karibia, yang pertama datang dari Yucatan, menimbulkan kerusakan termasuk kilang minyak lepas pantai. Kemudian disusul badai Katrina yang menghantam Florida yang menyebabkan terbunuhnya banyak orang serta menyebabkan kerugian bermilyar-milyar dolar.
Ada lagi badai lain yang lebih kuat yaitu Winston Churchill yang akan menghantam Inggris dan mereka harus bersiap menghadapinya, namun kenyataannya banyak orang tidak percaya dan tidak sabar.
c. Banjir
Beberapa kota di Eropa mengalami bencana banjir, yang sepertinya tidak lazim terjadi. Dalam satu dekade terakhir, kota-kota besar terkenal di Eropa yang terkenal sistem drainasinya baik, kini tidak lagi bebas banjir. Sistem drainasi yang telah dirancang menanggulangi banjir itu, ternyata tak mampu menampung air bah yang menerjangnya. London, Roma dan Berlin, ketiganya kota tua yang amat baik drainasinya, kini sering dilanda banjir. Bahkan Toronto Kanada, yang selama ini aman banjir, sering dilanda air bah. Banjir terus melewati Aisa, Bombay India, hanya dalam kurun 27 jam dan banyak kota di India yang tidak selamat. Dan juga melewati Cina.
d. Kekeringan
Pemanasan global tidak saja mengakibatkan paradoks itu saja (banjir), namun juga kekeringan pada saat yang sama. Salah satu alasannya adalah adanya kenyataan bahwa pemanasan global (global warming) tidak hanya terjadi secara mendunia, melainkan juga merelokasi presipitasi/curah hujan dan sebagiaan besar di fokuskan di Afrika, Mesir dan Sahara. Tragedi kekeringan oleh karena tidak adanya curah hujan, yang tidak dapat dipercaya telah terjadi di Darfur dan Nigeria. Bencana lain yang juga tidak terkirakan sebelumnya adalah mengeringnya Danau Chad pada tahun 1963, sebagai salah satu danau terbesar di dunia.





e. Mencairnya Es di Kutub
Dahulu orang berpikir bahwa es yang ada di kutub akan dapat bertahan dari pemanasan global (global warming) selama 200 tahun. Namun kenyataannya sangat mengejutkan, karena kehancuran yang terjadi sedemikian cepat, hanya dalam kurun waktu 35 hari saja. Padahal gunung dan kutub berperan penting dalam menstabilkan musin dan ekologi bumi. Penyebabnya antara lain adanya penguapan tanah secara dramatis dalam peningkatan temperatur. 90% sinar matahari yang mengenai es dipantulkan kembali ke angkasa seperti kaca, namun ketika sinar matahari mencapai permukaan air laut, semuanya diserap yang menyebabkan air menjadi hangat, dan dampaknya akan mempercepat pencairan es. Hal ini berdampak pada bagi beruang kutub yang sangat tergantung pada keberadaan es sebagai tempatnya berpijak. Para ilmuwan mendapatkan bukti bahwa mereka harus berenang sejauh 60 mil untuk menemukan daratan, tapi mereka tidak menemukannya.
f. Terjadinya Kenaikan Permukaan Air Laut
Kondisi ini juga dipengaruhi oleh adanya pencairan es di kutub yang mengakibatkan menaikkan permukaan air laut. Cina, Asia Selatan dan Asia Tenggara mempunyai garis pantai paling padat di dunia dengan kepadatan penduduk 2.000 jiwa per-km. Di Bangladesh, misalnya, kenaikan satu meter permukaan air laut akan menggenangi wilayah seluar 4 juta ha dan 15 – 20 juta manusia kehilangan mata pencaharian. Sedangkan di India pada kasus yang sama, 600.000 ha tanah terendam air laut dan 7 juta manusia harus mengungsi. Juga di Indonesia diperkirakan akan kehilangan 3,4 juta hektar. Selanjutnya di Mesir adalah negeri paling parah terkena dampak naiknya permukaan air laut, meski air laut naik hanya 1 meter. Daerah subur di lembah sungai Nil seluas 2 juta ha yang jadi tulang punggung pertanian negeri piramid itu musnah. Sisanya 10.000 hektar lahan produktif tercemar garam dan tergerus erosi. Delapan sampai 10 juta jiwa harus diungsikan, termasuk semua penduduk Alexandria. Kerugian paling besar adalah hilangnya kota Alexadria sebagai kota andalan wisata Mesir.
g. Perubahan iklim yang tidak menentu
Perubahan iklim di negeri kita telah dirasakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Musim kemarau dengan panas sangat menyengat, hujan terlambat datang dan jika tiba, curahnya sangat tinggi sehingga menimbulkan banjir. Kondisi ini jelas sangat tidak menguntungkan bagi seorang petani. Seharusnya sudah harus musim tanam, ternyata belum dapat dilaksanakan oleh karena musim panas/kemarau terlalu panjang. Atau seharusnya sudah tidak turun hujan, tetapi ternyata di sana-sini masih ada hujan sehingga para petani gagal panen karena padi yang siap panen
terendam air.
h. Peningkatan suhu panas global mencapai 3 – 4 derajat celcius
Ini dapat dirasakan sebagai akibat dari efek rumah kaca, tidak menentunya perubahan iklim serta rusaknya hutan tropis di Indonesia. Menurut data Bank Dunia, di Indonesia setiap tahun sekitar 600 ribu sampai 3,5 juta hektar hutan tropis musnah (Suara Merdeka, 23-4-07). Pembukaan hutan tropis yang dijadkan tempat pemukiman dan lahan pertanian hingga mencapai 60%, lalu 4,5 juta hektar hutan ditebang dan dibakar hanya untuk membuat ladang- ladang sementara, sehingga hutan menjadi gundul memberikan sumbangan sebesar 25% dari total kenaikan emisi CO. Penggundulan hutan itu pada dasarnya merupakan pengikisan sumber oksigen terbesar di dunia yang jelas sangat pentng bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup yang hidup di bumi ini. Pohon - pohon pada dasarnya berfungsi sebagai penyerap CO dan mengubahnya menjadi oksigen melalui prose fotosintetis. (Todaro, 2000:519). Padahal hutan tropis berfungsi sebagai paru-paru dunia yang dapat mensirkulasi dan mentransformasi karbon dioksida menjadi oksigen. Dapat kita bayangkan kalau hutan tropis hancur, seluruh dunia akan terkena dampaknya.
i. Peningkatan pencemaran udara/polusi
Terjadinya kebakaran hutan di Kalimantan, Sumatera; peningkatan pemakaian motor/mobil di kota besar (emisi kendaraan); penggunaan energi yang berlebihan, dan pencemaran limbah produksi industri menyebabkan Terjadinya peningkatan pencemaran udara/polusi. Selanjutnya dikatakan oleh Todaro (2005) bahwa sumber-sumber utama pencemaran udara, merupakan sisi terburuk modernisasi yang mengancam kesehatan manusia adalah penggunaan energi secara berlebihan,emisi kendaraan dan pencemaran limbah produksi industri. Industrialisasi selalu meninggalkan buangan limbah, baik dalam bentuk emisi langsung maupun melalui pengubahan pola konsumsi dan perlonjakan permintaan terhadap barang-barang manufaktur. Pada umumnya produksi barang-barang manufaktur menimbulkan efek atau produkproduk sampingan yang berbahaya. Tanpa pemberlakukan pengawasan secara ketat maka pihak produsen akan terdorong untuk memilih cara yang murah (membuang limbah langsung melemparkannya ke saluran air, ke udara terbuka atau menimbunnya di dalam tanah) meskipun mereka menyadari dampaknya sangat berbahaya terhadap lingkungan hidup. Hal tersebut tidak dapat dihindari dan terutama terjadi di kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dengan seabrek problematikanya.
















DAFTAR PUSTAKA

Mohammad ramlan, 2002. Pemanasan global (global  warming). Jurnal teknologi lingkungan, vol.3, no. 1.
Vivi triana, 2008. Pemanasan global. Jurnal kesehatan masyarakat,ii (2).
Riyanto, 2007.Strategi mengatasi pemanasan global (global warming). Value added, vol.3, no.2.