PENGOLAHAN
TANAH PASCA TSUNAMI
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
merupakan daerah yang memiliki potensi cukup besar di bidang pertanian,
terutama tanaman pangan. Luas lahan sawah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
331.236 ha. Produktivitas padi rata-rata mencapai 4.4 ton/ha (Distan TPH,
2004).
Gempa
bumi dan tsunami yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal
26 Desember 2004 telah merubah Provinsi ini secara drastis pada segala bidang
kegiatan masyarakat ; budaya, sosial dan ekonomi. Di bidang pertanian,
kerusakan yang terjadi pada lahan, yang bersifat fisik – kimia – biologi, tidak
dalam waktu dekat bisa
direhabilitasi. Di sampingitufasilitas dan
infrastruktur penyokong serta aspek psikologis masyarakat tani memerlukan
penanganan khusus.
Rehabilitasi lahan pertanian di NAD, khususnya
perbaikan kesuburan lahan pasca tsunami adalah usaha pertama dan utama yang
harus dilakukan sebelum masukan teknologi lainnya bisa efektif dan efisien.
Berhubung kerusakan lahan bersifat fisik – kimia – biologi karena bencana
tsunami, maka penanganan lahan harus secara spesifik untuk menghilangkan
kendala-kendala yang disebabkan oleh oleh gelombang tsunami dimana ion Na+ nya
tinggi telah tertimbun (deposit) menyebabkan tanah padat sehingga tanah
potensial menjadi rusak (John, 2005). Kendala utama yang harus dihilangkan
(yang feasible untuk direhabilitasi dalam waktu dekat) adalah
kegaraman/salinitas yang disebabkan oleh gelombang tsunami, serta keracunan
unsur hara yang mungkin bisa disebabkan oleh peningkatan kadar garam, perubahan
pH tanah (Peter, 2005).
Untuk
ini teknologi yang dapat mengurangi/ menghilangkan salinitas dan beberapa unsur
yang beracun sangat diperlukan; tanpa adanya teknologi tersebut produktivitas
lahan tidak akan dapat dikembalikan.
Introduksi
beberapa komponen teknologi padi sawah diharapkan mampu mengembalikan dan
meningkatkan produktivitas 1- 2 ton/ha, sehingga sistem usahatani padi sawah
menjadi usahatani yng kompetitif dibandingkan dengan komoditas tanaman semusim
lainnya. Sasaran pendapatan usahatani padi (pendapatan bersih) yang merupakan
resultante dari penerapan teknologi anjuran (Puslitbangtan, 2003).
Kerusakan
pada sebagian besar lahan sawah yang produktif, di Provinsi NAD, diperlukan
perbaikan lahan secara intensif, ini merupakan tanggung jawab dari semua pihak
yang terkait khususnya Pemerintah Daerah. Hal ini harus diperlukan penanganan
dengan segera karena pada umumnya sebagian besar masyarakat bermata pencaharian
sebagai petani.
Melalui
upaya perbaikan lahan dan introduksi beberapa komponen teknologi budidaya pada
lahan yang terkena bencana alam tsunami diharapkan kondisi lahan pertanian
dapat baik kembali, petani termotivasi kembali untuk berusahatani dan produksi
yang maksimal dapat dicapai.
Solusi yang
dapat ditempuh dalam menyikapi kondisi di atas adalah melalui beberapa cara,
antara lain; kesesuaian varietas, penggunaan pupuk organik, pencucian lahan,
terutama pada lahan yang terkena tsunami untuk menetralisir pengaruh salinitas
pada tanaman, pembinaan dinamika kelompoktani, menjalin pola kemitraan serta
jaringan pemasaran, juga melakukan diseminasi program serta adanya dukungan
pemerintah daerah dalam pemberdayaaan kembali ekonomi masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar