Selasa, 03 Desember 2019

PENGOLAHAN TANAH PASCA TSUNAMI


PENGOLAHAN TANAH PASCA TSUNAMI
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan daerah yang memiliki potensi cukup besar di bidang pertanian, terutama tanaman pangan. Luas lahan sawah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 331.236 ha. Produktivitas padi rata-rata mencapai 4.4 ton/ha (Distan TPH, 2004).
Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004 telah merubah Provinsi ini secara drastis pada segala bidang kegiatan masyarakat ; budaya, sosial dan ekonomi. Di bidang pertanian, kerusakan yang terjadi pada lahan, yang bersifat fisik – kimia – biologi, tidak dalam waktu dekat bisa direhabilitasi. Di sampingitufasilitas dan infrastruktur penyokong serta aspek psikologis masyarakat tani memerlukan penanganan khusus.
Rehabilitasi lahan pertanian di NAD, khususnya perbaikan kesuburan lahan pasca tsunami adalah usaha pertama dan utama yang harus dilakukan sebelum masukan teknologi lainnya bisa efektif dan efisien. Berhubung kerusakan lahan bersifat fisik – kimia – biologi karena bencana tsunami, maka penanganan lahan harus secara spesifik untuk menghilangkan kendala-kendala yang disebabkan oleh oleh gelombang tsunami dimana ion Na+ nya tinggi telah tertimbun (deposit) menyebabkan tanah padat sehingga tanah potensial menjadi rusak (John, 2005). Kendala utama yang harus dihilangkan (yang feasible untuk direhabilitasi dalam waktu dekat) adalah kegaraman/salinitas yang disebabkan oleh gelombang tsunami, serta keracunan unsur hara yang mungkin bisa disebabkan oleh peningkatan kadar garam, perubahan pH tanah (Peter, 2005).
Untuk ini teknologi yang dapat mengurangi/ menghilangkan salinitas dan beberapa unsur yang beracun sangat diperlukan; tanpa adanya teknologi tersebut produktivitas lahan tidak akan dapat dikembalikan.
Introduksi beberapa komponen teknologi padi sawah diharapkan mampu mengembalikan dan meningkatkan produktivitas 1- 2 ton/ha, sehingga sistem usahatani padi sawah menjadi usahatani yng kompetitif dibandingkan dengan komoditas tanaman semusim lainnya. Sasaran pendapatan usahatani padi (pendapatan bersih) yang merupakan resultante dari penerapan teknologi anjuran (Puslitbangtan, 2003).
Kerusakan pada sebagian besar lahan sawah yang produktif, di Provinsi NAD, diperlukan perbaikan lahan secara intensif, ini merupakan tanggung jawab dari semua pihak yang terkait khususnya Pemerintah Daerah. Hal ini harus diperlukan penanganan dengan segera karena pada umumnya sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani.
Melalui upaya perbaikan lahan dan introduksi beberapa komponen teknologi budidaya pada lahan yang terkena bencana alam tsunami diharapkan kondisi lahan pertanian dapat baik kembali, petani termotivasi kembali untuk berusahatani dan produksi yang maksimal dapat dicapai.
Solusi yang dapat ditempuh dalam menyikapi kondisi di atas adalah melalui beberapa cara, antara lain; kesesuaian varietas, penggunaan pupuk organik, pencucian lahan, terutama pada lahan yang terkena tsunami untuk menetralisir pengaruh salinitas pada tanaman, pembinaan dinamika kelompoktani, menjalin pola kemitraan serta jaringan pemasaran, juga melakukan diseminasi program serta adanya dukungan pemerintah daerah dalam pemberdayaaan kembali ekonomi masyarakat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar