Selasa, 03 Desember 2019

GLOBAL WARMING



GLOBAL WARMING

 Pada abad 18 telah dimulai revolusi industri antara lain dengan dibuatnya pabrik-pabrik, pembangkit listrik, kendaraan transportasi dan pertanian. Dua ratus tahun kemudian, negara-negara industri baru bermunculan baik di Eropa, Amerika bahkan di Asia. Industri memang membuat wajah dunia tampak semakin maju, misalnya kendaraan bermotor sebagai salah satu produk industri. Namun di sisi lain berdampak negatif terhadap lingkungan hidup manusia. Mesin-mesin kendaraan itu menggunakan bahan bakar dari bumi. Hasil pembakaran bahan bakar tersebut menghasilkan unsur CO dan CO2 yang menumpuk di udara dan akan menghasilkan efek seperti rumah kaca terhadap cahaya matahari yang akan masuk ke bumi. Bumi seolah-olah dilapisi oleh kedua gas tadi. Akibatnya, bumi terasa lebih panas dari biasanya. Hal ini disebut sebagai pemanasan global (Global Warming).
Saat ini perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia. Semakin banyak terjadi fenomena penyimpangan cuaca seperti badai, angin ribut,hujan deras, serta perubahan musim tanam. Belum lagi ancaman badai tropis, tsunami, banjir, longsor, kekeringan, meningkatnya potensi kebakaran hutan, punahnya berbagai jenis ikan dan rusaknya terumbu karang, serta krisis air bersih, bahkan peningkatan penyebaran penyakit parasitik seperti Malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD), serta terjadi peningkatan insiden alergi, penyakit pernafasan dan radang selaput otak ((encephalitis). Menurut sebagian besar pakar, kejadian ini diakibatkan oleh yang dinamakan pemanasan global (global warming),akibat dari meningkatnya kandungan gas rumah kaca .
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFOR), menjelaskan, bahwa pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (gelombang panas atau infra merah), yang dipancarkan ke bumi oleh gas-gas rumah kaca. Ada enam jenis gas rumah kaca, yaitu Karbondioksida ( CO ), Metana ( CH4 ), Nitrous oksida ( N2O ), Hydroperfluorokarbon ( HFCs ), Perfluorokarbon ( CFCs ), Sulfur Heksaflorida ( SF6). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Efek rumah kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa menyebar. Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis lapisan-lapisan teratas atmosfer, makin leluasa memancarkan radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Selanjutnya radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panjang atau gelombang panas matahari atau infra merah, sehingga semakin meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca. Lebih jelasnya prosesnya pemanasan gobal ini adalah sebagai berikut :
*      Energi yang masuk ke bumi mengalami serangkaian
*      proses
*      25% energi dipantulkan oleh awan atau partikel lain ke
*      atmosfer
*      25% diadsorpsi oleh awan
*      45% diadsorpsi oleh permukaan bumi
*      5% lagi dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
*      Energi yang diadsorpsi oleh awan dan permukaan bumi (25%+45% = 70%) dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah atau gelombang panas matahari
*      Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan, gas CO2 dan gas gas lain (efek rumah kaca), untuk dikembalikan ke permukaan bumi.

Beberapa dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global (global warming), dapat diinventarisasi, antara lain sebagai berikut :
a. Munculnya gelombang panas di be rbagai belahan dunia
Telah menimbulkan korban ribuan umat manusia di seluruh muka bumi. Menurut data, tahun 2003 Eropa telah dilanda gelombang panas dengan korban jiwa 35 ribu orang. Di India (Andhra Pradesh) pada tahun yang sama, dengan temperatur 50C menyebabkan kematian 1.400 orang. Musim panas ini, banyak kota di Amerika Serikat yang suhunya mencapai 100F atau di atas. 200 warga kota di barat dan timur mengalami hal yang sama, termasuk New Orleans.


b. Adanya Badai atau Angin Topan
Juli tahun 2005 terjadi badai di Karibia, yang pertama datang dari Yucatan, menimbulkan kerusakan termasuk kilang minyak lepas pantai. Kemudian disusul badai Katrina yang menghantam Florida yang menyebabkan terbunuhnya banyak orang serta menyebabkan kerugian bermilyar-milyar dolar.
Ada lagi badai lain yang lebih kuat yaitu Winston Churchill yang akan menghantam Inggris dan mereka harus bersiap menghadapinya, namun kenyataannya banyak orang tidak percaya dan tidak sabar.
c. Banjir
Beberapa kota di Eropa mengalami bencana banjir, yang sepertinya tidak lazim terjadi. Dalam satu dekade terakhir, kota-kota besar terkenal di Eropa yang terkenal sistem drainasinya baik, kini tidak lagi bebas banjir. Sistem drainasi yang telah dirancang menanggulangi banjir itu, ternyata tak mampu menampung air bah yang menerjangnya. London, Roma dan Berlin, ketiganya kota tua yang amat baik drainasinya, kini sering dilanda banjir. Bahkan Toronto Kanada, yang selama ini aman banjir, sering dilanda air bah. Banjir terus melewati Aisa, Bombay India, hanya dalam kurun 27 jam dan banyak kota di India yang tidak selamat. Dan juga melewati Cina.
d. Kekeringan
Pemanasan global tidak saja mengakibatkan paradoks itu saja (banjir), namun juga kekeringan pada saat yang sama. Salah satu alasannya adalah adanya kenyataan bahwa pemanasan global (global warming) tidak hanya terjadi secara mendunia, melainkan juga merelokasi presipitasi/curah hujan dan sebagiaan besar di fokuskan di Afrika, Mesir dan Sahara. Tragedi kekeringan oleh karena tidak adanya curah hujan, yang tidak dapat dipercaya telah terjadi di Darfur dan Nigeria. Bencana lain yang juga tidak terkirakan sebelumnya adalah mengeringnya Danau Chad pada tahun 1963, sebagai salah satu danau terbesar di dunia.





e. Mencairnya Es di Kutub
Dahulu orang berpikir bahwa es yang ada di kutub akan dapat bertahan dari pemanasan global (global warming) selama 200 tahun. Namun kenyataannya sangat mengejutkan, karena kehancuran yang terjadi sedemikian cepat, hanya dalam kurun waktu 35 hari saja. Padahal gunung dan kutub berperan penting dalam menstabilkan musin dan ekologi bumi. Penyebabnya antara lain adanya penguapan tanah secara dramatis dalam peningkatan temperatur. 90% sinar matahari yang mengenai es dipantulkan kembali ke angkasa seperti kaca, namun ketika sinar matahari mencapai permukaan air laut, semuanya diserap yang menyebabkan air menjadi hangat, dan dampaknya akan mempercepat pencairan es. Hal ini berdampak pada bagi beruang kutub yang sangat tergantung pada keberadaan es sebagai tempatnya berpijak. Para ilmuwan mendapatkan bukti bahwa mereka harus berenang sejauh 60 mil untuk menemukan daratan, tapi mereka tidak menemukannya.
f. Terjadinya Kenaikan Permukaan Air Laut
Kondisi ini juga dipengaruhi oleh adanya pencairan es di kutub yang mengakibatkan menaikkan permukaan air laut. Cina, Asia Selatan dan Asia Tenggara mempunyai garis pantai paling padat di dunia dengan kepadatan penduduk 2.000 jiwa per-km. Di Bangladesh, misalnya, kenaikan satu meter permukaan air laut akan menggenangi wilayah seluar 4 juta ha dan 15 – 20 juta manusia kehilangan mata pencaharian. Sedangkan di India pada kasus yang sama, 600.000 ha tanah terendam air laut dan 7 juta manusia harus mengungsi. Juga di Indonesia diperkirakan akan kehilangan 3,4 juta hektar. Selanjutnya di Mesir adalah negeri paling parah terkena dampak naiknya permukaan air laut, meski air laut naik hanya 1 meter. Daerah subur di lembah sungai Nil seluas 2 juta ha yang jadi tulang punggung pertanian negeri piramid itu musnah. Sisanya 10.000 hektar lahan produktif tercemar garam dan tergerus erosi. Delapan sampai 10 juta jiwa harus diungsikan, termasuk semua penduduk Alexandria. Kerugian paling besar adalah hilangnya kota Alexadria sebagai kota andalan wisata Mesir.
g. Perubahan iklim yang tidak menentu
Perubahan iklim di negeri kita telah dirasakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Musim kemarau dengan panas sangat menyengat, hujan terlambat datang dan jika tiba, curahnya sangat tinggi sehingga menimbulkan banjir. Kondisi ini jelas sangat tidak menguntungkan bagi seorang petani. Seharusnya sudah harus musim tanam, ternyata belum dapat dilaksanakan oleh karena musim panas/kemarau terlalu panjang. Atau seharusnya sudah tidak turun hujan, tetapi ternyata di sana-sini masih ada hujan sehingga para petani gagal panen karena padi yang siap panen
terendam air.
h. Peningkatan suhu panas global mencapai 3 – 4 derajat celcius
Ini dapat dirasakan sebagai akibat dari efek rumah kaca, tidak menentunya perubahan iklim serta rusaknya hutan tropis di Indonesia. Menurut data Bank Dunia, di Indonesia setiap tahun sekitar 600 ribu sampai 3,5 juta hektar hutan tropis musnah (Suara Merdeka, 23-4-07). Pembukaan hutan tropis yang dijadkan tempat pemukiman dan lahan pertanian hingga mencapai 60%, lalu 4,5 juta hektar hutan ditebang dan dibakar hanya untuk membuat ladang- ladang sementara, sehingga hutan menjadi gundul memberikan sumbangan sebesar 25% dari total kenaikan emisi CO. Penggundulan hutan itu pada dasarnya merupakan pengikisan sumber oksigen terbesar di dunia yang jelas sangat pentng bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup yang hidup di bumi ini. Pohon - pohon pada dasarnya berfungsi sebagai penyerap CO dan mengubahnya menjadi oksigen melalui prose fotosintetis. (Todaro, 2000:519). Padahal hutan tropis berfungsi sebagai paru-paru dunia yang dapat mensirkulasi dan mentransformasi karbon dioksida menjadi oksigen. Dapat kita bayangkan kalau hutan tropis hancur, seluruh dunia akan terkena dampaknya.
i. Peningkatan pencemaran udara/polusi
Terjadinya kebakaran hutan di Kalimantan, Sumatera; peningkatan pemakaian motor/mobil di kota besar (emisi kendaraan); penggunaan energi yang berlebihan, dan pencemaran limbah produksi industri menyebabkan Terjadinya peningkatan pencemaran udara/polusi. Selanjutnya dikatakan oleh Todaro (2005) bahwa sumber-sumber utama pencemaran udara, merupakan sisi terburuk modernisasi yang mengancam kesehatan manusia adalah penggunaan energi secara berlebihan,emisi kendaraan dan pencemaran limbah produksi industri. Industrialisasi selalu meninggalkan buangan limbah, baik dalam bentuk emisi langsung maupun melalui pengubahan pola konsumsi dan perlonjakan permintaan terhadap barang-barang manufaktur. Pada umumnya produksi barang-barang manufaktur menimbulkan efek atau produkproduk sampingan yang berbahaya. Tanpa pemberlakukan pengawasan secara ketat maka pihak produsen akan terdorong untuk memilih cara yang murah (membuang limbah langsung melemparkannya ke saluran air, ke udara terbuka atau menimbunnya di dalam tanah) meskipun mereka menyadari dampaknya sangat berbahaya terhadap lingkungan hidup. Hal tersebut tidak dapat dihindari dan terutama terjadi di kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dengan seabrek problematikanya.
















DAFTAR PUSTAKA

Mohammad ramlan, 2002. Pemanasan global (global  warming). Jurnal teknologi lingkungan, vol.3, no. 1.
Vivi triana, 2008. Pemanasan global. Jurnal kesehatan masyarakat,ii (2).
Riyanto, 2007.Strategi mengatasi pemanasan global (global warming). Value added, vol.3, no.2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar