Jumat, 21 September 2018

Menganalisis Komponen Pembelajaran


“Menganalisis Komponen Pembelajaran”


1.      KARAKTERISTIK SISWA

A.PENGERTIAN KARAKTERISTIK SISWA
Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap (Pius Partanto, Dahlan, 1994)
Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan.(Moh. Uzer Usman,1989). Siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan
Anak didik adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran (Saiful Bahri Djamarah, 2000)

Karakateristik siswa
Keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya (Sudirman,1990)
Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki (Hamzah. B Uno.2007).
B.MANFAAT ANALISIS KARAKTERISTIK SISWA
1.       Guru dapat memperoleh tentang kemampuan awal siswa sebagai landasan dalam memberikan materi baru dan lanjutan.
2.       Guru dapat mengatahui tentang luas dan jenis pengalaman belajar siswa, hal ini berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan disampaikan.
3.       Guru dapat mengetahui latar belakang sosial dan keluarga siswa. Meliputi tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental sehingga guru dapat menajjikan bahan serta metode lebih serasi dan efisien.
4.       Guru dapat Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan aspirasi dan kebutuhan siswa.
5.       Mengetahui tingkat penguasaan yang telah di peroleh siswa sebelumnya
C.KLASIFIKASI KARAKTERISTIK SISWA
Pribadi dan lingkungan
Umur, Jenis kelamin, Keadaan ekonomi orang tua, Kemampuan pra sekolah, Lingkungan tempat tinggal

Psikis
Tingkat Kecerdasan, Perkembangan jiwa anak, Modalitas belajar, Motivasi, Bakat dan minat
D.KLASIFIKASI KARAKTERISTIK SISWA BERDASARKAN POTENSI

Aliran yang berkaitan dengan potensi manusia menerima pendidikan
1. Nativisme
Arthur Schopenhour dari Jerman (1788-1860) anak yang baru lahir membawa bakat kesanggupan dan sifat-sifat tertentu
2. Empirisme
Manusia itu dalam perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia di luar dirinya. John Locke (1632-1704) dari Inggris dengan teorinya “Tabula Rasa”
3. Konvergensi
William Stern (1871-1938), yang mengatakan : “kemungkinan-kemungkinan yang dibawa lahir itu adalah petunjuk-petunjuk nasib dengan ruangan permainan. Dalam ruangan permainan itulah letaknya pendidikan dalam arti seluas-luasnya
Klasifikasi Kecerdasan
> 140                = Genius
130 – 139          = Sangat Pandai
120 – 129          = Pandai
110 – 119          = Di atas Normal
90 –109             = Normal/Sedang
80 – 89              = Di bawah Normal
70 – 79             = Bodoh
50 – 69             = Feeble Minded: Moron
< 49                  = Feeble Monded: Imbicile/Idiot

E.MODALITAS BELAJAR:

SISWA VISUAL N :
1.       Rapi dan teratur
2.       Berbicara dengan cepat
3.       Mementingkan penampilan, baik dlm pakaian maupun presentasi
4.       Biasanya tidak terganggu oleh keributan
5.       Lebih suka membaca daripada dibacakan
6.       Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telpon/kuliah
7.       Lebih suka demonstrasi daripada berpidato
8.       Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, ya/tidak!
9.       Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya
10.   Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, dll






SISWA AUDITORIAL O :
1.       Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
2.       Mudah terganggu oleh keributan
3.       Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku saat membaca
4.       Merasa kesulitan untuk menulis, namun hebat dalam bercerita
5.       Lebih suka gurauan lisan daripada komik
6.       Berbicara dalam irama terpola
7.       Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat
8.       Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
9.       Dapat menirukan warna, irama dan nada suara, dll

SISWA KINESTETIK N :
1.       Berbicara dengan perlahan
2.       Menanggapi perhatian fisik
3.       Menyentuh orang untuk mendapat perhatian mereka
4.       Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
5.       Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
6.       Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
7.       Menggunakan jari sebagai petunjuk saat membaca
8.       Banyak menggunakan isyarat tubuh
9.       Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar
10.   Sulit mengingat peta kecuali jika dirinya pernah berada di tempat itu
11.   Kemungkinan tulisannya jelek
12.   Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama

2. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN FISIKA
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari zat dan interaksi komponen-komponennya. Sudah dikenal di masyarakat umum bahwa Fisika merupakan salah satu bidang ilmu yang tergolong “keras” atau tidak mudah dipahami. Fisika dianggap sebagai mata pelajaran dengan kumpulan rumus-rumus yang menjerumuskan siswa dengan hafalan yang memusingkan kepala. Anggapan tersebut, didukung oleh fakta bahwa banyak dari siswa memiliki nilai Fisika termasuk yang terendah di antara seluruh mata pelajaran di sekolah sampai perguruan tinggi.
Hal ini sungguh memprihatinkan, karena sains merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai terlebih dahulu dalam rangka penguasaan teknologi pada jaman modern ini. Kita lihat saja, setiap perkembangan sebuah teknologi hamper dapat dipastikan didahului oleh penemuan sebuah gejala fisis baik di tataran makro, mikro sampai nano.
Kembali kami ingatkan tentang tujuan pembelajaran Fisika dalam kurikulum pendidikan di negara kita. Di sana disebutkan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut: 
  1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain
  3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
  4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
  5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. TUJUAN PEMBELAJARAN DALAM PELAJARAN FISIKA
Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
  1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Allah SWT.
  2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.
  3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah dan manafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
  4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
  5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara sederhana tujuan kita belajar fisika adalah :
  1. Untuk memahami ilmu fisika sesuai kedalaman mata pelajaran atau mata kuliah.
  2. Untuk bisa berkarya dan berinovasi bagi ilmu fisika seperti melakukan penelitian.
  3. Untuk bisa menerapkan fisika dan mengimplementasikan ke bidang lain.
  4. Untuk menjadi guru fisika atau dosen fisika.
a. Untuk memahami ilmu fisika sesuai kedalaman mata pelajaran atau mata kuliah.
Sebagai pelajar yang mempelajari fisika tentu agar bisa memahami kompetensi yang dimuat dalam standar isi sehingga jika menghadapi ulangan dan ujian akhir mendapat nilai tinggi. Bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah fisika atau yang terkait dengan fisika tentu agar bisa memahami materi yang termuat dalam sistem kredit semester sehingga setelah ujian semester mendapat nilai A atau B.
b. Untuk bisa berkarya dan berinovasi bagi ilmu fisika seperti melakukan penelitian.
Ilmu fisika yang kita pelajari merupa-kan hasil kerja sama para pengembangnya di seluruh dunia. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seorang pecinta fisika boleh menyumbangkan sesuatu bagi ilmu ini. Ada yang menyumbang dalam bentuk penemuan gejala atau peri laku alam baru, ada yang menyumbang gagasan untuk lebih mema-hami keterkaitan antara rangkaian gelaja dan atau perilaku alam yang sudah diketahui, bahkan ada pula yang berspekulasi meramal-kan gejala atau perilaku alam yang baru berdasarkan penalaran lebih lanjut dari gaga-san yang telah teruji kebenarannya.
Berkarya untuk ilmu fisika menuntut kita untuk selalu mengetahui apa saja yang sampai kini sudah disumbangkan oleh para pengembang fisika lainnya, yang berdomisili terserak di seluruh penjuru dunia. Kita harus punya saluran komunikasi yang dapat memberikan informasi mutakhir. Komu-nikasi terbaik tentunya terjadi kalau kita sendiri dapat berada bersama dengan tokoh-tokoh pegembang utama, yang lazimnya bermukim di pusat-pusat pengembangan yang sudah membuktikan keunggulan prestasinya. Komunikasi langsung dengan pengembang fisika memungkinkan kita untuk berdiskusi timbal balik, medengar dari tangan pertama suka duka pergumulan dalam menjelajahi penelitian fisika. Jangan lupa, apa yang muncul di jurnal fisika adalah himpunan sejarah sukses (success story), tidak memuat informasi tentang jalur-jalur penelitian yang sudah cukup lama digarap tetapi tetap buntu.
Kekayaan ilmu fisika saat ini sudah begitu besarnya, sehingga rasanya mustahil bagi seseorang untuk dapat menampung seluruh ilmu itu di dalam benaknya. Seorang pengembang cukup puas dengan hanya mengikuti satu atau beberapa jalur perkembangan fisika. Pada dasarnya, fisika adalah ilmu yang kebenarannya dihakimi oleh pengamatan. Suasana berkarya akan menjadi semarak apabila peralatan yang sanggup mengungkap aspek-aspek fisika yang digarap itu terdapat ditempat yang sama. Dengan kata lain, diperlukan fasilitas dan tenaga yang memudahkan interaksi antara eksperimen dan teori yang dapat digarap ditempat yang sama.
c. Untuk bisa menerapkan fisika dan mengimplementasikan ke bidang lain.
Pengetahuan tentang gejala dan perilaku alam yang dihimpun dalam ilmu fisika telah banyak digunakan untuk mem-bantu profesi lain, seperti profesi di bidang rekayasa, pertanian, dan kedokteran. Fisika sering dimasukkan dalam katagori ilmu dasar. Maksudnya, untuk dapat menjadi dokter, insinyur diperlukan sejumlah penge-tahuan fisika sebagai basis pemahaman ilmu yang berkaitan dengan profesinya. Ilmu yang berkaitan dengan profesi tersebut berkem-bang tarus. Misalnya, ilmu kedokteran telah menerapkan cara pengobatan dengan radiasi, berkas laser digunakan untuk pembedahan. Pengetahuan fisika yang diperlukan untuk menangani hal ini jelas bukan lagi apa yang dulu disebut fisika dasar. Artinya diperlukan tenaga-tenaga yang sudah jauh belajar tentang fisika ilmu fisika.
Keakraban ilmu fisika dengan profesi di bidang rekayasa tentunya jauh lebih dalam lagi. Tengok saja apa yang terjadi setelah prinsip laser ditemukan oleh ilmu fisika beberapa tahun beselang. Produk-produk teknologi baru yang menggunakan laser bermunculan, seperti: alat pemotong baja, pengarah dalam pemetaan, kaset vidio dan audio, printers, dst.
d. Untuk menjadi guru fisika atau dosen fisika.
Guru merupakan penyambung untuk mewariskan ilmu dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ia memang bukan pembuat ilmu, tetapi ia dituntut untuk tahu benar tentang ilmu yang ingin dipindah tangankan ke generasi muda. Sebab jika tidak, kita khawatir bahwa yang diwariskan adalah hal-hal yang keliru sehingga arti pewarisan itu menjadi tidak bermakna. Di samping memiliki pengetahuan yang benar tentang ilmu fisika, iapun perlu memperlajari teknik komunikasi. Sebaiknya teknik komu-nikasi tidak hanya satu corak, sebab yang belajar fisika adalah orang-orang yang bermacam-macam pembawaannya. Pengem-bangan alternatif teknik komunikasi maru-pakan bagian dari kehidupan profesinya sebagai guru fisika.
4. ASESMENT PEMBELAJARAN
HAKEKAT ASESMENT PEMBELAJARAN
Asesmen merupakan bagian yang terpenting dalam proses pembelajaran di bidang studi apapun. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi guna membuat keputusan (Anderson, 2003:xi). Popham (1995:3) mempertegas, bahwa ‘Educational assessment is a formal attempt to determine students’ status with respect to educational variables of interest’. Asesmen juga memiliki terminologi khusus guna mendeskripsikan sekalian aktivitas yang dikerjakan oleh pengajar untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari para pebelajar.  Asesmen dapat juga didefinisikan sebagai proses dari pengumpulan dan pengujian informasi untuk meningkatkan kejelasan pengertian tentang apa yang sudah dipelajari oleh pebelajar dari pengalaman-pengalamannya (Huba dan Freed, 2000:8). Tindakan asesmen sangat erat kaitannya dengan pengambilan keputusan.  Semakin meningkat jumlah peristiwa pengambilan keputusan dari asesmen tentang nasib pebelajar, semakin serius konsekuensi dan implikasinya dalam jangka panjang. Pengajar harus serius dalam mengemban masalah asesmen ini (Anderson, 2003:15).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan 4(empat) hal pokok terkait dengan tindakan asesmen:
·           asesmen merupakan kegiatan mengumpulkan informasi karakteristik siswa yang dilakukan secara sistematis,
·           tujuan utama proses asesmen dalam pendidikan adalah untuk menginterpretasikan perbedaan dalam pola-pola belajar siswa,
·           asesmen dapat membantu pengajar memfokuskan diri pada strategi mengajar yang efisien dan tepat, dan
·           asesmen pada dasarnya merupakan proses yang berlangsung terus-menerus.
Simpulan ini sejalan dengan PP. No.19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 angka 17 menetapkan  bahwa  asesmen (dalam PP disebut sebagai penilaian), adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

 TUJUAN, FUNGSI  DAN PRINSIP ASSESMEN

A.      Tujuan Assesmen
Popham (1995:4-13) menyatakan bahwa asesmen bertujuan antara lain untuk:
1)        mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,
2)        memonitor kemajuan siswa,
3)        menentukan jenjang kemampuan siswa,
4)        menentukan efektivitas pembelajaran,
5)        mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran,
6)        Mengevaluasi kinerja guru kelas, dan
7)        Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru.

B.       Fungsi Assesmen
Fungsi assesmen dalam pembelajaran IPA diantaranya:
1)        Sebagai alat untuk merencanakan, pedoman, memperkaya pembelajaran IPA di kelas.
2)        Sebagai alat komunikasi dengan murid-murid, administrator dan orang tua murid, tentang pentingnya IPA.
3)         Sebagai alat untuk memonitor hasil belajar IPA dan perbaikan pembelajaran.
4)        Sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran IPA

C.      Prinsip-prinsip Assesmen
1)        Proses yang transparan
2)        Memiliki validitas
3)        Dapat dipercaya
4)        Fleksibel
5)        Berkeadilan
6)        Praktis
7)        Sahih dan Handal
Sahih berarti soal atau tugas yang dikerjakan peserta diklat harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dinilai.
8)        Adil
Penilaian harus adil untuk semua peserta diklat. Artinya penilaian tidak menguntungkan atau merugikan salah satu atau sekelompok peserta diklat yang dinilai.
9)        Terbuka
10)    Menyeluruh.
11)    Terpadu
12)    Berkesinambungan/Berkelanjutan
13)    Bermakna





BENTUK-BENTUK ASSESMEN

Assesment/Penilaian Alternatif
Penilaian alternatif adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Ada beberapa sub unit yang dibahas dalam materi alternatif assessment yaitu hakikat alternatif assessment dan strategi alternatif assessment.
1.        Hakikat Alternatif Assessment.
Dalam mengumpulkan informasi ini guru biasanya menggunakan paper and pencil test atau tes standar atau penilaian konvensional/tradisional. dalam melakukan penilaian guru memerlukan instrument selain paper and pencil test, nah berarti kita butuh instrument yang lain atau alternative. Alternative assessment bukan menghilangkan penilain paper and pencil test, tetapi bentuk assessment yang lain dan dapat mengukur kemampuan siswa yang tidak dapat dijangkau dengan penilaian konvensional.
2.        Strategi Alternatif Assessment
Strategi-strategi assessment yang digunakan dalam melakukan assessment berkelanjutan adalah sebagai berikut: asesmen kinerja (Performance Assessment), observasi (Observation), penggunaan pertanyaan (Questioning), Presentasi (Presentation), diskusi (Discusions), Projek ((Project), investigasi/penyelidikan (Investigation), Portofolio (Portofolio), Jurnal (Journal), Wawancara (Interview), Konferensi, Evaluasi diri oleh siswa (Self Eevaluation), tes buatan siswa.
Ada pun yang dimaksud dengan asesmen alternatif (alternative assessment) adalah segala jenis bentuk asesmen diluar asesmen konvensional (selected respon test dan paper-pencil test) yang lebih autentik dan signifikan mengungkap secara langsung proses dan hasil belajar siswa. Dalam beberapa literatur, asesmen alternatif ini kadang-kadang disebut juga asesmen autentik (authentic assessment), as-esmen portofolio (portfolio assessment) atau asesmen kinerja (performsnce as-sessment).
·           Performance Assessment sebagai Asesment Alternatif
Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan ke-berhasilan dalam mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pem-belajaran. Pemilihan metode asesmen harus didasarkan pada target infor-masi yang ingin dicapai. Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa. Ada lima kategori target hasil belajar yang layak dijadikan dasar dalam menentukan jenis asesmen yang akan digunakan oleh pengajar. Kelima hasil belajar tersebut adalah:
1)        Knowledge Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi pengetahuan suatu mata pelajaran.
2)        Reasoning Outcomes, yang menunjukkan kemampuan siswa dalam meng-gunakan pengetahuannya dalam melakukan nalar (reason) dan meme-cahkan suatu masalah.
3)        Skill Outcomes, kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang berhubungan dengan keterampilan yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan.
4)        Product Outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan.
5)        Affective Outcomes, pencapaian sikap tertentu sebagai akibat mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuan.
Untuk lima kategori hasil belajar di atas ada empat jenis metode asesmen dasar. Keempat metode tersebut adalah:
1)        Selected Response Assessment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda (multi-ple-choice items), benar-salah (true-false items), menjodohkan atau menco-cokkan (matching exercises), dan isian singkat (short answer fill-in items).
2)        Essay Assessment, dalam asesmen ini siswa diberikan beberapa persoalan kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa paparan dari solusi terhadap persoalan tersebut.
3)        Performance Assessment, merupakan pengukuran langsung terhadap pres-tasi yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran. Asesmen ini terutama didasarkan pada kegiatan observasi dan evaluasi terhadap proses dimana suatu keterampilan, sikap, dan produk ditunjukkan oleh siswa.
4)        Personal Communication Assessment, termasuk ke dalamnya adalah per-tanyaan-pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran, wawan-cara, perbincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut munculnya keterampilan siswa dalam mengemukakan jawaban/gagasan.


·           Penilaian Alternatif dalam Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian terhadap siswa tidak hanya mencakup penilaian perubahan atau perkembangan perilaku belajar setelah siswa menempuh suatu pelajaran tertentu. Penilaian terhadap perubahan dan perkembangan diri siswa dalam proses pembelajaran seharusnya juga mencakup : kecakapan dan pengetahuan awal (prior knowledge), aktivitas dan kecakapan yang tampak pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung di kelas, dan aktivitas pengetahuan / kecakapan siswa yang dilaksanakan dan diperoleh di luar kelas atau di lingkungan hidup sehari-hari.
Format penilaian alternatif berupa “portfolio, presentasi oral dan debat, laporan tertulis dan interview” dan penjelasannya sebagai berikut. “Portfolio” adalah format penilaian belajar berupa catatan atau bukti mengenai ketrampilan, pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki atau diperoleh siswa dalam proses belajar. Portfolio dapat berisi : hasil tes, laporan praktikum, laporan tugas diluar kelas, hasil pekerjaan dari tugas-tugas di kelas dan di rumah, catatan hasil kegiatan mandiri yang terkait dengan bahan pelajaran di sekolah. Portofolio sangat berguna bagi guru karena tidak semua assessment dapat dilakukan dan hasilnya tidak dapat diadministrasikan secara langsung oleh guru. Portfolio dapat dibuat oleh guru untuk setiap individu atau kelompok siswa. Disamping itu guru juga dapat meminta kepada siswa untuk membuat portfolio untuk kegiatan dan hasil kegiatan yang dilakukan sendiri baik kegiatan yang ada di dalam kelas maupun kegiatan yang ada di luar kelas. Hal ini dimaksudkan dengan portofolio guru dapat meniali kegiatan, pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman siswa baik yang teramati sendiri maupun tidak, baik terhadap kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas, karena portofolio berguna untuk memonitor dan menilai ketrampilan, pengalaman, dan pengetahuan siswa pada unit-unit pembelajaran satu konsep, setengah semester, satu semester atau satu tahun.
Format yang berikutnya adalah “presentasi oral dan debat” adalah format penilaian untuk memonitor dan menilai ketrampilan atau kecakapan siswa dalam mengkomunikasikan pengetahuan dan pengalaman belajarnya secara lisan. Dalam mengkomunikasikan secara lisan sebaiknya dilakukan seseorang siswa atau sekelompok siswa kepada teman sekelas. Agar terjadi interaksi antar siswa, presentasi oral perlu disertai dengan debat atau tanya jawab antara penyaji dengan siswa lain. Dalam presentasi oral dan debat guru dapat menilai ketrampilan berbicara, penguasaan konsep atas materi yang disajikan, ketrampilan logika dan ketrampilan menjawab pertanyaan, ketrampilan menerima pendapat orang lain.
Selain format portofolio dan format presentasi oral, format berikutnya adalah “laporan tertulis” yaitu laporan yang dibuat oleh siswa secara tertulis mengenai ketrampilan, pengelaman dan pengetahuan setelah menyelesaikan tugas tertentu. Penilaian terhadap laporan tertulis dapat meliputi kebenaran penguasaan konsep, kebenaran / ketepatan prosedur pelaksanaan tugas, kebenaran prosedur penulisan laporan, kebenaran penulisan data dan analisis data serta kebenaran penarikan kesimpulan, sedangkan format yang terakhir adalah “interview” yaitu penilaian terhadap ketrampilan, pengalaman dan pengetahuan siswa melalui wawancara. Kegiatan wawancara dapat dilakukan oleh guru, juga dapat dilakukan. Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar-mengajar.
Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Sebagai penjabarannya antara lain, portofolio; merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan siswa dalam konteks belajar di kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar sekaligus memberikan kesempatan luas untuk berkembang serta memotivasi siswa. Penilaian ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses siswa sebagai pembejalaran aktif. Sebagai contoh, siswa diminta untuk melakukan survei mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya.
Tugas kelompok,  dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan projek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa. Is dari projek akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk kelompok projek untuk menyelidiki penyebab pencemaran sungai di lingkungan siswa. Demonstrasi, siswa diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai. Para penonton dapat memberikan evaluasi pertunjukkan siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk kelompok untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam pertunjukan drama.

Asesment/Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, assessment autentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas. Penilaian otentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian autentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional (multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah.
Format penilaian ini dapat berupa :
1)        Tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on penilaian),
2)        Tugas (tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi terintegrasi),
3)        Format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya : portfolio, interview, daftar cek, presentasi oral dan debat).
Beberapa pembaharuan yang tampak pada penilaian otentik adalah :
1)        Melibatkan siswa dalam tugas yang penting, menarik, berfaedah dan relevan dengan kehidupan nyata siswa,
2)        Tampak dan terasa sebagai kegiatan belajar, bukan tes tradisional,
3)        Melibatkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan mencakup pengetahuan yang luas,
4)        Menyadarkan siswa tentang apa yang harus dikerjakannya akan dinilai, e) merupakan alat penilaian dengan latar standar (standard setting), bukan alat penilaian yang distandarisasikan,
5)        Berpusat pada siswa (student centered) bukan berpusat pada guru (teacher centered), dan
6)        Dapat menilai siswa yang berbeda kemampuan, gaya belajar dan latar belakang kulturalnya.
Penilaian autentik secara langsung mengukur performance (kinerja) aktual (nyata) siswa dalam hal-hal tertentu. Penilaian autentik juga dikenal dengan istilah penilaian “performance”, “approprite”, “alternative” atau “direct”.  Pada pengertian lain, penilaian autentik merupakan penilaian yang berusaha mengukur atau menunjukkan pengetahuan dan ketrampilan siswa dengan cara menerapkan pengetahuan dan ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Penilaian autentik mendorong siswa dan merupakan refleksi kegiatan pengajaran yang baik. Sedang pada pengertian autentik, sebagai bagian dari penilaian performance, autentik berarti realistis atau berhubungan dengan aplikasipada kehidupan nyata. Penilaian autentik merupakan bagian dari penilaian performance (alternatif) yang berusaha mengukur atau menunjukkan pengetahuan dan ketrampilan siswa dengan cara menerapkan pengetahuan dan ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Sedang penilaian performance merupakan kegiatan penilaian yang meminta siswa untuk mengkonstruk respon, menghasilkan produk atau menunjukkan hasil suatu kegiatan (demonstrasi).
Authentic assessment membawa demonstrasi ini selangkah lebih maju dan menekankan pentingnya penerapan keterampilan atau kemampuan yang dimaksud dalam konteks situasi kehidupan nyata. Kinerja yang bermakna diberbagai lingkup dunia nyata lebih dapat menangkap kekayaan pemahaman anak didik tentang bagaimana mereka dapat menerapkan pengetahuan ini daripada yang dapat dilakukan dengan menguji "bits and pieces" seperti yang dilakukan dengan prosedur-prosedur asesmen konvensional. Contoh-contoh asesmen autentik termasuk mendemonstrasikan hasil karya dalam pameran seperti science fair (pameran sains) atau art show (pertunjukan seni), menunjukkan keterampilan yang dimiliki dalam bentuk kumpulan portofolio, menampilkan tari atau resital musik, berpartisipasi dalam debat, dan mempresentasikan karya tulis asli kepada teman-teman sebaya atau orang tua.

Assessment Konvensional  
Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur asesment konvensional dilakukan dengan menguji "bits and pieces". Contoh-contoh format penilaian tradisional/konvensional antara lain :  multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test. Dengan mengkaji kenyataan mengenai perapan penilaian konvensional dalam pembelajaran, nampak ada ketidaksesuaian antara pembelajaran di sekolah dengan sistem penilaian yang digunakannya. Proses penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya tujuan kurikuler mata pelajaran belum dapat dicapai dan atau tergambarkan secara menyeluruh. Penilaian terhadap kinerja siswa itu amat penting, namun sebagian besar guru merasa kesulitan dalam melaksanakan karena belum memahami prosedur penggunaannya. Sebagai contoh kasus ialah bahwa kegiatan pembelajaran yang melibatkan kinerja siswa dalam melakukan percobaan sudah sering diterapkan, namun terhadap kinerja siswa tersebut belum pernah dilakukan penilaian. Hal ini disebabkan penataran atau pelatihan yang secara khusus membahas penerapan penilaian kinerja belum pernah diikuti atau belum pernah diadakan di tingkat satuan pendidikan, sebagian besar.

Jenis-jenis asesmen menurut tujuan:
Jenis asesmen
Saat asesmen
Alasan asesmen
Cara pelaksanaan asesmen
Diagnostik
Sebelum pembelajaran
Mendeteksi kebutuhan murid
Medeteksi miskonsepsi, dan apa–apa yang sudah dan apa–apa yang belum diketahui murid
Empat cara:
a. tes tertulis (tes pensil & dan kertas)
b. laporan tertulis proyek yang di kerjakan murid
c. porto folio
d. observasi dan kinerja murid
Formatif
Selama pembelajaran
Untuk mendapatkan balikan segera untuk memodifikasi pembelajaran konsep, atau membimbing murid dalam menyelesaikan tugas
Sumatif
Setelah pembelajaran
Untuk mengumpulkan nilai, mengases beberapa banyak yang di serap murid

·           Peranan Asesmen
a.         Asesmen Diagnostik, dilakukan dengan cara :
- tes tertulis dapat digunakan dalam tes diagnostik. Tes semacam ini disebut (prates atau pretes) dan
- tes lisan
Dari data tes tersebut maka dapat membantu guru mengidentifikasi minat, kelebihan dan kelemahan murid dalam bidang studi IPA, membantu guru melihat apakah seorang murid memerlukan bantuan dalam belajar atau tidak dan memberi imformasi tentang perbedaan-perbedaan cara belajar   murid-murid. Adapun minat dan motivasi siswa dapat ditingkatkan dengan cara:
1)   mengajak siswa menjadi rekan yang aktif dalam proses pembelajaran dan mulailah membiasakan sedikit demi sedikit melepaskan mereka dari situasi dimana mereka hanya sebagai pendekar yang aktif.
2)   mengajak siswa menetapkan tujuan pembelajaran yang realistis bagi dirinya dan selalu menginformasikan kemajuan mereka dalam pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.
3)   membimbing siswa agar menjadi mandiri dalam belajar dan dilihat dimana / bagaimana prestasi akademis pada saat ini dan pada masa mendatang.
4)   menunjukan bahwa kita benar-benar peduli akan keberhasilan mereka.
b.        Asesmen Formatif dalam pembelajaran
Asesmen formatif kadang-kadang diperlukan ditengah-tengah pembelajaran. Bila guru mengalami konsep-konsep yang sukar, maka diadakan asesmen mendapatkan data bagaimana caranya memoditikasi sebagian atau keseluruhan pembelajaran. Asesmen ini juga dapat dilaksanakan bila siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Jenis tes yaitu berbentuk lisan, tertulis, atau bentuk unjuk kinerja murid terutama untuk penguasaan keterampilan proses IPA.
c.         Asesmen Sumatif dalam pembelajaran
Asemen ini dilakukan untuk mendapatkan nilai akhir untuk menjaring data seberapa banyak dari bahan pelajaran yang dapat dipahami oleh murid-murid, sebelum beralih ke pokok bahasan berikutnya. Peranan asesmen ini erat hubungannya dengan tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang jelas akan memudahkan perancangan asesmen.
Menurut Bloom enam tingkat intelegensia dalam ranah koknitif yaitu:
1)   pengetahuan tentang fakta–fakta dan prinsip–prinsip
2)   pemahaman (memahami fakta–fakta dan ide–ide)
3)   penerapan (menerapkan fakta dan ide pada situasi baru)
4)   analisa (memecahkan/membagi konsep dalam bagian-bagiannya kemudian melihat hubunganya satu sama lain)
5)   sintesa (mengumpulkan fakta–fakta dan ide–ide )
6)   Evaluasi (mementukan nilai dari fakta–fakta dan ide–ide )
Dua tingkat intelegensi yang pertama yaitu pengetahuan dan pemahaman dikategorikan golongn pikir tingkat rendah, sedangkan keempat tingkat intelegensi berikutnya dikategorikan dalam golongan berpikir tingkat tinggi. Menurut hasil penelitian guru – guru hanya menuntut para murid-muridnya, penguasaan berpikir tingkat rendah yaitu pengetahuan yang memerlukan hafalan belaka. Aspek – aspek penerapan, analisa, sintesa dan avaluasi hampir selalu diabaikan.

KARAKTERISTIK ASSESMEN UNTUK DI SD
Setiap peserta didik mempunyai karakter berbeda, dari tingakatan kelas rendah yang mencangkup kelas satu, dua dan tiga, tingakatan kelas tinggi yang mencangkup kelas empat, lima dan enam. Berikut karaktertistik assesmen untuk di Sekolah Dasar dlihat dari berbagai jenis assesmen (penilaian):
Ciri-ciri penilaian antara lain:
a)    Belajar tuntas
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Guru harus mempertimbangkan antara waktu yang diperlukan berdasarkan karakteristik peserta didik dan waktu yang tersedia di bawah kontrol guru (Depdiknas, 2006:4). Peserta didik dalam belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, mereka dapat berhasil jika kompetensi awal mereka terdiagnosis secara benar dan mereka diajar dengan metode dan materi yang berurutan mulai dari tingkat kompetensi awal mereka.
b)   Penilaian Otentik
Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Proses penilaian mencerminkan masalah dunia nyata, menggunakan berbagai ukuran, metode, teknik dan kriteria sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. Penilaian bersifat holistik, mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran.
c)    Berkesinambungan
Penilaian kelas memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.
d)   Acuan kriteria / patokan
Prestasi kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan peserta kelompok, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sebelumnya dan patokan yang ditetapkan.
e)    Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian
Penilaian kelas menggunakan berbagai cara dan alat penilaian. Agar tujuan tercapai, guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya. Tujuan dan pengalaman belajar tertentu mungkin cukup efektif dinilai melelui tes tertulis, sedangkan tujuan dan pengalaman belajar yang lain (seperti berbicara) akan sangat efektif dinilai dengan unjuk kerja.

·           Ciri-ciri penilaian konvensional
a)    Penilaian Normatif.
b)   Terfokus pada isi materi.
c)    Hasil penilaian berupa nilai-nilai.
d)   Berbasis waktu.
e)    Kecepatan belajar kelompok.
f)    Penilaian ditekankan pada pengetahuan.
g)   Pendekatan pembelajaran yang sempit, berorientasi pada text book.
h)   Feedback penilaian terlambat/tidak ada.


·           Karakteristik autentik assessment:
a)    Dilaksanakan  selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
b)   Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.
c)    Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.
d)   Berkesinambungan.
e)    Terintrgrasi.
f)    Dapat digunakan sebagai feed back

·           Ciri-ciri assesment authentic sebagai berikut:
a)    Multi kriteria, kinerja peserta didik harus dinilai dengan penilaian lebih dari satu kriteria. Misalkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris harus memiliki dasar penilaian dari aspek aksen, sintaksis, dan kosa kata.
b)   Standar kualitas yang spesifik (dalam artian tidak ambigu dan jelas), masing-masing kriteria kinerja peserta didik dapat dinilai secara jelas dan eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas kinerja peserta didik.
c)    Adanya judgement penilaian, membutuhkan penilaian yang bersifat manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja siswa dapat diterima secara nyata (real).
Dalam implementasinya, ada sejumlah karakteristik yang menunjukkan asesmen autentik. Nitko, 2007 (dalam Wiyono & Sunarni, 2009: 42) mengemukakan tiga karakteristik, yaitu:
  1. Menekankan pada penerapan atau aplikasi, apakah siswa dapat menggunakan pengetahuannya dalam situasi nyata. Dengan kata lain, benar-benar dapat mengungkapkan apa yang diketahui atau dapat dilakukan oleh siswa.
  2. Berfokus pada asesmen langsung, yakni menelaah target atau sasaran pembelajaran secara langsung.
  3. Mendorong pemikiran terbuka, yakni siswa mengekspresikan apa yang diketahui secara bebas, bekerja sama, atau mengerjakan proyekdalam periode tertentu, tidak seperti tes pilihan ganda biasa.

CONTOH ASSESMEN IPA DI SD
A.      Asesmen dalam ranah Kognitif
Cara–cara pelaksanaan asesmen dalam ranah kognitif :
·      mempergunakan tes tertulis atau tes pensil dan kertas
·      mempergunakan opservasi guru atas kinerja murid.
·      mempergunakan tes gambar–gambar yang dibubuhi sedikit tulisan atau kata–kata.
·      mempergunakan jurnal murid–murid.
·      mempergunakan peta konsep dan yang penting tidak umum dilakukan tetapi ada baiknya dicoba adalah portofolio.
B.       Asesmen untuk kategori berpikir Tingkat Tinggi
Yang termasuk kategori tingkat tinggi menurut Bloom adalah aspek–aspek penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi. Dalam aspek penerapan, murid mempergunakan ilmu pengetahuan yang sudah di milikinya untukditerapkan dalam situasi baru yang berbeda dengan situasi yang dikenalnya. Pada dasarnya kita meminta/memeriksa apakah murid–murid benar memahami suatu konsep sehingga dapat menerapkan dalam konteks yang lain.
Contoh: Kamu sudah mempelajari bahwa antara makluk hidup ada saling ketergantungan.
Terapkanlah pengetahuanmu pada situasi berikut ini :
1.    Pernyataan berikut ini adalah salah “ menembak burung–burung kecil adalah suatu cara untuk olahraga yang menyenangkan “
2.    Bagaimanakah yang benar?
3.    Apa yang kamu lakukan bila ada orang–orang yang menembaki burung–burung dihalamanmu?
Asesmen keterampilan menganalisis melibatkan pemecahan ide atau pemenggalan ide, kemudian murid ditanya apakah mereka memahami hubungan antara pengalaman. Gambar–gambar kartun, grafik, gambar–gambar tanpa kita dapat dipakai untuk menjadi keterampilan menganalisis.
·      Aspek menganalisis terbagi atas analisa unsur–unsur dan analisa sebab-akibat
·      Asesmen aspek evaluasi memerlukan penggabungan antara aspek pengetahuan, aspek pemahaman, penerapan, analisa, dan aspek sintesa untuk menunjukan suatu penilaian

C.      Asesmen dalam ranah Afektif
Ranah koknitif meliputi pengetahuan-pengetahuan dan pemahaman secara intelektual. Menurut Bloom ranah afektif mencakup perasaan, emosi, minat, sikap, nilai, dan apresiasi. Hal ini erat hubungannya dengan perasaan murid terhadap pelajaran IPA dan bagaimana perasaan ini mempengaruhi prestasi belajar siswa. Cara lain untuk mengetahui perasaan murid adalah dengan menggunakan daftar pilihan.
Contoh :
Berilah tanda V di antara kata yang berlawanan di bawa ini
IPA
Menyenangkan.....................................................................membosankan
Baik .....................................................................................buruk
Berguna................................................................................tidak berguna
Mudah .................................................................................sulit
Rumit ...................................................................................sederhana
Diperlukan............................................................................tidak diperlukan

D.       Asesmen dalam ranah Psikomotor
Ranah psikomotor menekankan keterampilan–keterampilan motorik atau keterampilan menangani benda–benda atau alat–alat pada waktu melakukan kegiatan percobaan IPA. Untuk ranah psikomotor kita dapat membuat bagan untuk mengklasifikasi tujuan pembelajaran.

Contoh pengamatan kinerja murid dan skala penilaian.
Tujuan tingkah laku pembelajaran
Selalu
Kadang
Tak pernah
Berhati–hati mengenai mikroskop



Membersikan lensa dengan benar



Menfokuskan lensa dengan benar



Menyediakan dan meletakan selinder dengan benar



Mengatur kaca agar mendapatkan sinar dengan cepat




Hal–hal berikut yang dipakai dalam penilaian dalam ranah psikomotor:
1.    belajar dengan alat–alat IPA sederhana misalnya thermometer, timbangan, mistar ukur , gelas ukur, stop watch.
2.    untuk kinerja keterampilan laboratorium dan prosedur misalnya: menyaring sat, memakai mikroskop.
3.    mengumpulkan dan merekam data dalam tabel, charta dan grafik yang dibuat sendiri–sendiri oleh murid.
4.    mendesain suatu percobaan dan melaksanakanya misalnya: bagaimana caranya membuat tablet ini melarut dengan cepat?
5.     mengajukan pertanyaan–pertanyaan yang dapat dites.
6.    unjuk kinerja dengan alat-alat atau bahan-bahan untuk mendemonstrasikan pemahaman konsep-knsep dan hubungan antara konsep misalnya pemahaman hubungan sirkuit listrik, atau pemahaman hubungan antara masa, volume dan kerapatan suatu obyek.
7.    membuat model yang menunjukan gejala alam misalnya sel, system tata surya atau struktur geologi.
8.    mengkomunikasikan proses percobaan baik berupa tulisan induvidual maupun kerja kelompok.
Kelemahan dari asesmen: 1) Perlu alat–alat atau bahan–bahan untuk diotak atik, 2) Perlu tempat khusus untuk pelaksanaan, 3) Persiapan dan pembersihan sesudah pelaksanaan asesmen, 4) Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaannya elatif lama , 5) Hanya sedikit dari materi pembelajaran yang dapat dites, 6) Hanya sedikit dari murid–murid yang dapat ditentukan waktunya menyelesaikan asesmen.
E.       Teknik Asesmen Proses dan Hasil Belajar
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa dapat dilakukan dengan teknik tes maupun non tes, baik untuk mengases proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara asesmen kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Asesmen suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Setidaknya ada tujuh ragam teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Ø  Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja (Performance assessment atau performance-based assessment) merupakan jenis penilaian yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan, dan keterampilan yang mereka miliki dalam berbagai konteks. Seperti berbicara, berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok; partisipasi peserta didik dalam diskusi; ketrampilan menari; ketrampilan memainkan alat musik; kemampuan berolah raga; ketrampilan menggunakan peralatan laboratorium; praktek sholat, bermain peran, bernyanyi, dan ketrampilan mengoperasikan suatu alat.
Ø  Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. Penilaian penugasan ini bermanfaat untuk menilai keterampilan menyelidiki secara umum, pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam suatu penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan subjek secara jelas. Penugasan dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
Ø  Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, pekerjaan-pekerjaan yang sedang dilakukan, beberapa contoh tes yang telah selesai dilakukan, berbagai keterangan-keterangan yang diperoleh peserta didik, keselarasan antara pembelajaran dan tujuan spesifik yang telah dirumuskan, contoh-contoh hasil pekerjaannya sehari-hari, evaluasi diri terhadap perkembangan pembelajaran dan hasil observasi guru.

Contoh Instrumen penilaian unjuk kerja


dalam mengukur volume air dengan menggunakan gelas ukur
No.
Aspek yang dinilai
Skor
4
3
2
1
1
Gelas ukur diletakkan di atas tempat yang datar, skala menghadap  pengamat




2
Menuang air ke dalam gelas ukur sampai hampir mencapai 100 ml, penuangan dihentikan.




3
Volume air ditambah setetes demi setetes menggunakan pipet sampai mencapai 100 ml.




4
Permukaan air didalam gelas dibaca dengan posisi sejajar  mata.




5
Hasil pengukuran dicatat dengan benar.




Berilah skor:
4 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
3 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tapi lama
2 bila aspek tersebut dilakukan selesai tapi salah
1 bila dilakukan tapi tidak selesai
Ø  Penilaian Sikap.
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut. Sikap terhadap materi pelajaran, sikap terhadap guru/pengajar, sikap terhadap proses pembelajaran, sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.  Asesmen sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi, daftar chek, skala sikap, buku harian, angket, ungkapan perasaan, catatan anekdot, dan lain lain.
Ø  Teknik Tes
Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Khusus tes tertulis, ragamnya meliputi : tes  essay atau disebut juga tes subyektif dan tes obyektif, yang terdiri dari tes isian, salah-benar, menjodohkan dan pilihan ganda.
Tes essay atau tes uraian  adalah bentuk tes berupa soal-soal yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut penguaraian sebagai jawabannya. Materi tes yang dipilih adalah materi yang sekiranya cocok untuk tes essay. Tes ini dibedakan menjadi 2 yaitu: tes uraian jawaban singkat yaitu tes yang meminta jawaban panjangnya sekitar satu dua kalimat dan tes uraian jawaban luas/panjang.
Tes obyektif terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang harus dijawab atau dipilih dari beberapa alternatif jawaban dengan cara menulisnya, atau mengisi jawaban pendek tanpa menguraikan. Tes ini disebut obyektif karena skor yang diberikan  relatif tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif penilai. Ragam tes obyektif meliputi tes isian (Completion Test), Tes Salah-Benar (True False Test), Tes Menjodohkan (Matching Test), dan Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test).
Ø  Asesmen Produk
Asesmen produk merupakan ragam penilaian untuk menilai kemampuan siswa dalam membuat produk tertentu, seperti : teknologi tepat guna, karya seni, keramik, lukisan dan lain-lain. Asesmen produk dapat digunakan untuk menilai proses maupun hasil belajar siswa.
Pengembangan produk meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pembuatan produk dan tahap penilaian produk.
Ø  Asesmen diri (self assessment)

Asesmen diri adalah suatu teknik penilaian dimana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan utama asesmen diri adalah untuk mendukung atau memperbaiki proses pembelajaran. Ada beberapa jenis asesmen diri, diantaranya adalah : a) penilaian langsung dan spesifik, yaitu penilaian langsung pada saat atau setelah siswa melakukan tugas tertentu, b) penilaian tidak langsung dan holistik, yaitu penilaian yang dilakukan dalam kurun waktu yang panjang, misalnya satu semester untuk memberikan penilaian secara keseluruhan, dan c) penilaian sosia-afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau emosional. Misalnya siswa diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap obyek tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar