“Menganalisis Komponen Pembelajaran”
1. KARAKTERISTIK SISWA
A.PENGERTIAN KARAKTERISTIK SISWA
Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak,
pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap (Pius
Partanto, Dahlan, 1994)
Karakteristik
adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang
berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan
mudah di perhatikan.(Moh. Uzer Usman,1989). Siswa atau anak didik adalah setiap
orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang
menjalankan pendidikan
Anak didik
adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok
persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran (Saiful Bahri Djamarah, 2000)
Karakateristik
siswa
Keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil
dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas
dalam meraih cita-citanya (Sudirman,1990)
Karakteristik
siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari
minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan
awal yang dimiliki (Hamzah. B Uno.2007).
B.MANFAAT ANALISIS KARAKTERISTIK SISWA
1.
Guru dapat
memperoleh tentang kemampuan awal siswa sebagai landasan dalam memberikan materi
baru dan lanjutan.
2.
Guru dapat
mengatahui tentang luas dan jenis pengalaman belajar siswa, hal ini berpengaruh
terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan disampaikan.
3.
Guru dapat
mengetahui latar belakang sosial dan keluarga siswa. Meliputi tingkat
pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental sehingga guru dapat
menajjikan bahan serta metode lebih serasi dan efisien.
4.
Guru dapat
Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan aspirasi dan kebutuhan
siswa.
5.
Mengetahui
tingkat penguasaan yang telah di peroleh siswa sebelumnya
C.KLASIFIKASI KARAKTERISTIK SISWA
Pribadi dan lingkungan
Umur, Jenis kelamin, Keadaan ekonomi orang tua,
Kemampuan pra sekolah, Lingkungan tempat tinggal
Psikis
Tingkat Kecerdasan, Perkembangan jiwa anak, Modalitas belajar, Motivasi,
Bakat dan minat
D.KLASIFIKASI
KARAKTERISTIK SISWA BERDASARKAN POTENSI
Aliran yang berkaitan dengan potensi manusia menerima
pendidikan
1. Nativisme
Arthur Schopenhour dari Jerman (1788-1860) anak yang
baru lahir membawa bakat kesanggupan dan sifat-sifat tertentu
2. Empirisme
Manusia itu dalam perkembangan pribadinya semata-mata
ditentukan oleh dunia di luar dirinya. John Locke (1632-1704) dari Inggris dengan
teorinya “Tabula Rasa”
3. Konvergensi
William Stern (1871-1938), yang mengatakan :
“kemungkinan-kemungkinan yang dibawa lahir itu adalah petunjuk-petunjuk nasib
dengan ruangan permainan. Dalam ruangan permainan itulah letaknya pendidikan
dalam arti seluas-luasnya
Klasifikasi
Kecerdasan
> 140
= Genius
130 –
139 = Sangat Pandai
120 – 129
= Pandai
110 – 119
= Di atas Normal
90 –109
=
Normal/Sedang
80 – 89
= Di bawah Normal
70 – 79
= Bodoh
50 – 69
= Feeble
Minded: Moron
<
49
= Feeble
Monded: Imbicile/Idiot
E.MODALITAS
BELAJAR:
SISWA VISUAL
N :
1.
Rapi dan
teratur
2.
Berbicara
dengan cepat
3.
Mementingkan
penampilan, baik dlm pakaian maupun presentasi
4.
Biasanya
tidak terganggu oleh keributan
5.
Lebih suka
membaca daripada dibacakan
6.
Mencoret-coret
tanpa arti selama berbicara di telpon/kuliah
7.
Lebih suka
demonstrasi daripada berpidato
8.
Sering
menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, ya/tidak!
9.
Mempunyai
masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali
minta bantuan orang untuk mengulanginya
10.
Mengingat
apa yang dilihat daripada apa yang didengar, dll
SISWA AUDITORIAL O :
1.
Berbicara
kepada diri sendiri saat bekerja
2.
Mudah
terganggu oleh keributan
3.
Menggerakkan
bibir dan mengucapkan tulisan di buku saat membaca
4.
Merasa kesulitan
untuk menulis, namun hebat dalam bercerita
5.
Lebih suka
gurauan lisan daripada komik
6.
Berbicara
dalam irama terpola
7.
Belajar
dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat
8.
Suka berbicara,
suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
9.
Dapat
menirukan warna, irama dan nada suara, dll
SISWA
KINESTETIK N :
1. Berbicara
dengan perlahan
2. Menanggapi
perhatian fisik
3. Menyentuh
orang untuk mendapat perhatian mereka
4. Berdiri
dekat ketika berbicara dengan orang
5. Selalu
berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
6. Menghafal
dengan cara berjalan dan melihat
7. Menggunakan
jari sebagai petunjuk saat membaca
8. Banyak
menggunakan isyarat tubuh
9. Mempunyai
perkembangan awal otot-otot yang besar
10. Sulit mengingat peta kecuali jika
dirinya pernah berada di tempat itu
11. Kemungkinan tulisannya jelek
12. Tidak dapat duduk diam untuk waktu
lama
2.
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN FISIKA
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari zat
dan interaksi komponen-komponennya. Sudah dikenal di masyarakat umum bahwa
Fisika merupakan salah satu bidang ilmu yang tergolong “keras” atau tidak mudah
dipahami. Fisika dianggap sebagai mata pelajaran dengan kumpulan rumus-rumus
yang menjerumuskan siswa dengan hafalan yang memusingkan kepala. Anggapan
tersebut, didukung oleh fakta bahwa banyak dari siswa memiliki nilai Fisika
termasuk yang terendah di antara seluruh mata pelajaran di sekolah sampai
perguruan tinggi.
Hal ini sungguh memprihatinkan, karena sains merupakan
ilmu dasar yang harus dikuasai terlebih dahulu dalam rangka penguasaan
teknologi pada jaman modern ini. Kita lihat saja, setiap perkembangan sebuah
teknologi hamper dapat dipastikan didahului oleh penemuan sebuah gejala fisis
baik di tataran makro, mikro sampai nano.
Kembali kami ingatkan tentang tujuan pembelajaran
Fisika dalam kurikulum pendidikan di negara kita. Di sana disebutkan agar
peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
- Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
- Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain
- Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
- Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
- Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. TUJUAN PEMBELAJARAN DALAM
PELAJARAN FISIKA
Mata
pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
- Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Allah SWT.
- Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.
- Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah dan manafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
- Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
- Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara sederhana tujuan kita belajar fisika adalah :
- Untuk memahami ilmu fisika sesuai kedalaman mata pelajaran atau mata kuliah.
- Untuk bisa berkarya dan berinovasi bagi ilmu fisika seperti melakukan penelitian.
- Untuk bisa menerapkan fisika dan mengimplementasikan ke bidang lain.
- Untuk menjadi guru fisika atau dosen fisika.
a. Untuk
memahami ilmu fisika sesuai kedalaman mata pelajaran atau mata kuliah.
Sebagai
pelajar yang mempelajari fisika tentu agar bisa memahami kompetensi yang dimuat
dalam standar isi sehingga jika menghadapi ulangan dan ujian akhir mendapat
nilai tinggi. Bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah fisika atau yang
terkait dengan fisika tentu agar bisa memahami materi yang termuat dalam sistem
kredit semester sehingga setelah ujian semester mendapat nilai A atau B.
b. Untuk
bisa berkarya dan berinovasi bagi ilmu fisika seperti melakukan penelitian.
Ilmu fisika
yang kita pelajari merupa-kan hasil kerja sama para pengembangnya di seluruh
dunia. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seorang pecinta fisika boleh
menyumbangkan sesuatu bagi ilmu ini. Ada yang menyumbang dalam bentuk penemuan
gejala atau peri laku alam baru, ada yang menyumbang gagasan untuk lebih
mema-hami keterkaitan antara rangkaian gelaja dan atau perilaku alam yang sudah
diketahui, bahkan ada pula yang berspekulasi meramal-kan gejala atau perilaku
alam yang baru berdasarkan penalaran lebih lanjut dari gaga-san yang telah
teruji kebenarannya.
Berkarya untuk ilmu fisika menuntut
kita untuk selalu mengetahui apa saja yang sampai kini sudah disumbangkan oleh
para pengembang fisika lainnya, yang berdomisili terserak di seluruh penjuru
dunia. Kita harus punya saluran komunikasi yang dapat memberikan informasi
mutakhir. Komu-nikasi terbaik tentunya terjadi kalau kita sendiri dapat berada
bersama dengan tokoh-tokoh pegembang utama, yang lazimnya bermukim di
pusat-pusat pengembangan yang sudah membuktikan keunggulan prestasinya.
Komunikasi langsung dengan pengembang fisika memungkinkan kita untuk berdiskusi
timbal balik, medengar dari tangan pertama suka duka pergumulan dalam
menjelajahi penelitian fisika. Jangan lupa, apa yang muncul di jurnal fisika
adalah himpunan sejarah sukses (success story), tidak memuat informasi tentang
jalur-jalur penelitian yang sudah cukup lama digarap tetapi tetap buntu.
Kekayaan ilmu fisika saat ini sudah
begitu besarnya, sehingga rasanya mustahil bagi seseorang untuk dapat menampung
seluruh ilmu itu di dalam benaknya. Seorang pengembang cukup puas dengan hanya
mengikuti satu atau beberapa jalur perkembangan fisika. Pada dasarnya, fisika
adalah ilmu yang kebenarannya dihakimi oleh pengamatan. Suasana
berkarya akan menjadi semarak apabila peralatan yang sanggup mengungkap
aspek-aspek fisika yang digarap itu terdapat ditempat yang sama. Dengan kata
lain, diperlukan fasilitas dan tenaga yang memudahkan interaksi antara
eksperimen dan teori yang dapat digarap ditempat yang sama.
c. Untuk bisa menerapkan fisika dan
mengimplementasikan ke bidang lain.
Pengetahuan
tentang gejala dan perilaku alam yang dihimpun dalam ilmu fisika telah banyak
digunakan untuk mem-bantu profesi lain, seperti profesi di bidang rekayasa,
pertanian, dan kedokteran. Fisika sering dimasukkan dalam katagori ilmu dasar.
Maksudnya, untuk dapat menjadi dokter, insinyur diperlukan sejumlah
penge-tahuan fisika sebagai basis pemahaman ilmu yang berkaitan dengan
profesinya. Ilmu yang berkaitan dengan profesi tersebut berkem-bang tarus. Misalnya,
ilmu kedokteran telah menerapkan cara pengobatan dengan radiasi, berkas laser
digunakan untuk pembedahan. Pengetahuan fisika yang diperlukan untuk menangani
hal ini jelas bukan lagi apa yang dulu disebut fisika dasar. Artinya diperlukan
tenaga-tenaga yang sudah jauh belajar tentang fisika ilmu fisika.
Keakraban ilmu fisika dengan profesi
di bidang rekayasa tentunya jauh lebih dalam lagi. Tengok saja apa yang terjadi
setelah prinsip laser ditemukan oleh ilmu fisika beberapa tahun beselang.
Produk-produk teknologi baru yang menggunakan laser bermunculan, seperti: alat
pemotong baja, pengarah dalam pemetaan, kaset vidio dan audio, printers, dst.
d. Untuk menjadi guru fisika atau dosen fisika.
Guru
merupakan penyambung untuk mewariskan ilmu dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Ia memang bukan pembuat ilmu, tetapi ia dituntut untuk tahu benar
tentang ilmu yang ingin dipindah tangankan ke generasi muda. Sebab jika tidak,
kita khawatir bahwa yang diwariskan adalah hal-hal yang keliru sehingga arti
pewarisan itu menjadi tidak bermakna. Di samping memiliki pengetahuan yang
benar tentang ilmu fisika, iapun perlu memperlajari teknik komunikasi.
Sebaiknya teknik komu-nikasi tidak hanya satu corak, sebab yang belajar fisika
adalah orang-orang yang bermacam-macam pembawaannya. Pengem-bangan alternatif
teknik komunikasi maru-pakan bagian dari kehidupan profesinya sebagai guru
fisika.
4. ASESMENT
PEMBELAJARAN
HAKEKAT ASESMENT
PEMBELAJARAN
Asesmen merupakan bagian yang terpenting dalam proses pembelajaran di
bidang studi apapun. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi guna
membuat keputusan (Anderson, 2003:xi). Popham (1995:3) mempertegas, bahwa ‘Educational
assessment is a formal attempt to determine students’ status with respect to
educational variables of interest’. Asesmen juga memiliki terminologi
khusus guna mendeskripsikan sekalian aktivitas yang dikerjakan oleh pengajar
untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari
para pebelajar. Asesmen dapat juga didefinisikan sebagai proses dari pengumpulan
dan pengujian informasi untuk meningkatkan kejelasan pengertian tentang apa
yang sudah dipelajari oleh pebelajar dari pengalaman-pengalamannya (Huba dan
Freed, 2000:8). Tindakan asesmen sangat erat kaitannya dengan pengambilan
keputusan. Semakin meningkat jumlah peristiwa pengambilan keputusan dari
asesmen tentang nasib pebelajar, semakin serius konsekuensi dan implikasinya
dalam jangka panjang. Pengajar harus serius dalam mengemban masalah asesmen ini
(Anderson, 2003:15).
Dari beberapa pendapat tersebut
dapat disimpulkan 4(empat) hal pokok terkait dengan tindakan asesmen:
·
asesmen
merupakan kegiatan mengumpulkan informasi karakteristik siswa yang dilakukan
secara sistematis,
·
tujuan utama
proses asesmen dalam pendidikan adalah untuk menginterpretasikan perbedaan
dalam pola-pola belajar siswa,
·
asesmen
dapat membantu pengajar memfokuskan diri pada strategi mengajar yang efisien
dan tepat, dan
·
asesmen pada
dasarnya merupakan proses yang berlangsung terus-menerus.
Simpulan ini sejalan dengan PP. No.19 Tahun 2005,
tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 angka 17 menetapkan
bahwa asesmen (dalam PP disebut sebagai penilaian), adalah proses
pengambilan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar
peserta didik.
TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP ASSESMEN
A.
Tujuan Assesmen
Popham
(1995:4-13) menyatakan bahwa asesmen bertujuan antara lain untuk:
1)
mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,
2)
memonitor kemajuan siswa,
3)
menentukan jenjang kemampuan siswa,
4)
menentukan efektivitas pembelajaran,
5)
mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran,
6)
Mengevaluasi kinerja guru kelas, dan
7)
Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru.
B.
Fungsi Assesmen
Fungsi assesmen dalam pembelajaran IPA diantaranya:
1)
Sebagai alat untuk merencanakan, pedoman,
memperkaya pembelajaran IPA di
kelas.
2)
Sebagai alat komunikasi dengan murid-murid, administrator dan orang tua murid, tentang pentingnya IPA.
3)
Sebagai alat untuk memonitor
hasil belajar IPA dan perbaikan pembelajaran.
4)
Sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan
pengajaran IPA
C.
Prinsip-prinsip Assesmen
1)
Proses yang transparan
2)
Memiliki validitas
3)
Dapat dipercaya
4)
Fleksibel
5)
Berkeadilan
6)
Praktis
7)
Sahih dan Handal
Sahih berarti soal atau tugas
yang dikerjakan peserta diklat harus sesuai dengan kompetensi yang ingin
dinilai.
8)
Adil
Penilaian harus adil untuk semua
peserta diklat. Artinya penilaian tidak menguntungkan atau merugikan salah satu
atau sekelompok peserta diklat yang dinilai.
9)
Terbuka
10)
Menyeluruh.
11)
Terpadu
12)
Berkesinambungan/Berkelanjutan
13)
Bermakna
BENTUK-BENTUK
ASSESMEN
v Assesment/Penilaian Alternatif
Penilaian alternatif adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan
naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran
berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Ada beberapa sub unit yang dibahas dalam materi alternatif assessment yaitu
hakikat alternatif assessment dan strategi alternatif assessment.
1.
Hakikat Alternatif Assessment.
Dalam mengumpulkan informasi ini guru biasanya menggunakan paper and pencil
test atau tes standar atau penilaian konvensional/tradisional. dalam melakukan
penilaian guru memerlukan instrument selain paper and pencil test, nah berarti
kita butuh instrument yang lain atau alternative. Alternative assessment bukan
menghilangkan penilain paper and pencil test, tetapi bentuk assessment yang
lain dan dapat mengukur kemampuan siswa yang tidak dapat dijangkau dengan
penilaian konvensional.
2.
Strategi Alternatif Assessment
Strategi-strategi assessment yang digunakan dalam melakukan assessment
berkelanjutan adalah sebagai berikut: asesmen kinerja (Performance Assessment),
observasi (Observation), penggunaan pertanyaan (Questioning), Presentasi
(Presentation), diskusi (Discusions), Projek ((Project),
investigasi/penyelidikan (Investigation), Portofolio (Portofolio), Jurnal
(Journal), Wawancara (Interview), Konferensi, Evaluasi diri oleh siswa (Self
Eevaluation), tes buatan siswa.
Ada pun yang dimaksud dengan asesmen alternatif (alternative assessment)
adalah segala jenis bentuk asesmen diluar asesmen konvensional (selected respon
test dan paper-pencil test) yang lebih autentik dan signifikan mengungkap
secara langsung proses dan hasil belajar siswa. Dalam beberapa literatur,
asesmen alternatif ini kadang-kadang disebut juga asesmen autentik (authentic
assessment), as-esmen portofolio (portfolio assessment) atau asesmen kinerja
(performsnce as-sessment).
·
Performance Assessment sebagai Asesment Alternatif
Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan ke-berhasilan
dalam mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pem-belajaran. Pemilihan metode asesmen harus didasarkan pada target infor-masi yang ingin
dicapai. Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa. Ada
lima kategori target hasil belajar yang layak dijadikan dasar dalam menentukan
jenis asesmen yang akan digunakan oleh pengajar. Kelima hasil belajar tersebut
adalah:
1)
Knowledge Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi
pengetahuan suatu mata pelajaran.
2)
Reasoning Outcomes, yang menunjukkan kemampuan siswa dalam meng-gunakan
pengetahuannya dalam melakukan nalar (reason) dan meme-cahkan suatu masalah.
3)
Skill Outcomes, kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang
berhubungan dengan keterampilan yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan.
4)
Product Outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu yang
didasarkan pada penguasaan pengetahuan.
5)
Affective Outcomes, pencapaian sikap tertentu sebagai akibat mempelajari
dan mengaplikasikan pengetahuan.
Untuk lima kategori hasil belajar di atas ada empat jenis metode asesmen
dasar. Keempat metode tersebut adalah:
1)
Selected Response Assessment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda
(multi-ple-choice items), benar-salah (true-false items), menjodohkan atau
menco-cokkan (matching exercises), dan isian singkat (short answer fill-in
items).
2)
Essay Assessment, dalam asesmen ini siswa diberikan beberapa persoalan kompleks
yang menuntut jawaban tertulis berupa paparan dari solusi terhadap persoalan
tersebut.
3)
Performance Assessment, merupakan pengukuran langsung terhadap pres-tasi yang
ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran. Asesmen ini terutama didasarkan
pada kegiatan observasi dan evaluasi terhadap proses dimana suatu keterampilan,
sikap, dan produk ditunjukkan oleh siswa.
4)
Personal Communication Assessment, termasuk ke dalamnya adalah
per-tanyaan-pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran, wawan-cara,
perbincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut munculnya keterampilan
siswa dalam mengemukakan jawaban/gagasan.
·
Penilaian Alternatif dalam Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian
terhadap siswa tidak hanya mencakup penilaian perubahan atau perkembangan
perilaku belajar setelah siswa menempuh suatu pelajaran tertentu. Penilaian
terhadap perubahan dan perkembangan diri siswa dalam proses pembelajaran
seharusnya juga mencakup : kecakapan dan pengetahuan awal (prior knowledge),
aktivitas dan kecakapan yang tampak pada siswa selama proses pembelajaran
berlangsung di kelas, dan aktivitas pengetahuan / kecakapan siswa yang
dilaksanakan dan diperoleh di luar kelas atau di lingkungan hidup sehari-hari.
Format
penilaian alternatif berupa “portfolio, presentasi oral dan debat, laporan
tertulis dan interview” dan penjelasannya sebagai berikut. “Portfolio” adalah
format penilaian belajar berupa catatan atau bukti mengenai ketrampilan,
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki atau diperoleh siswa dalam proses
belajar. Portfolio dapat berisi : hasil tes, laporan praktikum, laporan tugas
diluar kelas, hasil pekerjaan dari tugas-tugas di kelas dan di rumah, catatan
hasil kegiatan mandiri yang terkait dengan bahan pelajaran di sekolah.
Portofolio sangat berguna bagi guru karena tidak semua assessment dapat
dilakukan dan hasilnya tidak dapat diadministrasikan secara langsung oleh guru.
Portfolio dapat dibuat oleh guru untuk setiap individu atau kelompok siswa.
Disamping itu guru juga dapat meminta kepada siswa untuk membuat portfolio
untuk kegiatan dan hasil kegiatan yang dilakukan sendiri baik kegiatan yang ada
di dalam kelas maupun kegiatan yang ada di luar kelas. Hal ini dimaksudkan
dengan portofolio guru dapat meniali kegiatan, pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman siswa baik yang teramati sendiri maupun tidak, baik terhadap
kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas, karena portofolio berguna untuk
memonitor dan menilai ketrampilan, pengalaman, dan pengetahuan siswa pada unit-unit
pembelajaran satu konsep, setengah semester, satu semester atau satu tahun.
Format yang
berikutnya adalah “presentasi oral dan debat” adalah format penilaian untuk
memonitor dan menilai ketrampilan atau kecakapan siswa dalam mengkomunikasikan
pengetahuan dan pengalaman belajarnya secara lisan. Dalam mengkomunikasikan
secara lisan sebaiknya dilakukan seseorang siswa atau sekelompok siswa kepada
teman sekelas. Agar terjadi interaksi antar siswa, presentasi oral perlu
disertai dengan debat atau tanya jawab antara penyaji dengan siswa lain. Dalam
presentasi oral dan debat guru dapat menilai ketrampilan berbicara, penguasaan
konsep atas materi yang disajikan, ketrampilan logika dan ketrampilan menjawab
pertanyaan, ketrampilan menerima pendapat orang lain.
Selain format
portofolio dan format presentasi oral, format berikutnya adalah “laporan
tertulis” yaitu laporan yang dibuat oleh siswa secara tertulis mengenai
ketrampilan, pengelaman dan pengetahuan setelah menyelesaikan tugas tertentu.
Penilaian terhadap laporan tertulis dapat meliputi kebenaran penguasaan konsep,
kebenaran / ketepatan prosedur pelaksanaan tugas, kebenaran prosedur penulisan
laporan, kebenaran penulisan data dan analisis data serta kebenaran penarikan
kesimpulan, sedangkan format yang terakhir adalah “interview” yaitu penilaian
terhadap ketrampilan, pengalaman dan pengetahuan siswa melalui wawancara.
Kegiatan wawancara dapat dilakukan oleh guru, juga dapat dilakukan. Penilaian
autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah
mereka pelajari selama proses belajar-mengajar.
Adapun
bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portofolio, tugas
kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Sebagai penjabarannya antara lain,
portofolio; merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan siswa dalam konteks
belajar di kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk mengerjakan tugas
tersebut supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar
sekaligus memberikan kesempatan luas untuk berkembang serta memotivasi siswa.
Penilaian ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada
proses siswa sebagai pembejalaran aktif. Sebagai contoh, siswa diminta untuk
melakukan survei mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya.
Tugas kelompok,
dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan projek. Kegiatan ini
merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan
gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa. Is dari projek
akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini
dapat meningkatkan partisipasi siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk
kelompok projek untuk menyelidiki penyebab pencemaran sungai di lingkungan
siswa. Demonstrasi, siswa diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain
mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai. Para penonton dapat memberikan
evaluasi pertunjukkan siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk kelompok
untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam pertunjukan drama.
v Asesment/Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi
atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk
memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai
lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, assessment autentik
memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan
pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam
suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai
semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan
psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses
pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan
belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas. Penilaian
otentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian
autentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional
(multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi
menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau
mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah.
Format penilaian ini dapat berupa
:
1)
Tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on
penilaian),
2)
Tugas (tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi
terintegrasi),
3)
Format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya : portfolio, interview,
daftar cek, presentasi oral dan debat).
Beberapa pembaharuan yang tampak pada penilaian otentik adalah :
1)
Melibatkan siswa dalam tugas yang penting, menarik, berfaedah dan relevan
dengan kehidupan nyata siswa,
2)
Tampak dan terasa sebagai kegiatan belajar, bukan tes tradisional,
3)
Melibatkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan mencakup pengetahuan
yang luas,
4)
Menyadarkan siswa tentang apa yang harus dikerjakannya akan dinilai, e)
merupakan alat penilaian dengan latar standar (standard setting), bukan alat
penilaian yang distandarisasikan,
5)
Berpusat pada siswa (student centered) bukan berpusat pada guru (teacher
centered), dan
6)
Dapat menilai siswa yang berbeda kemampuan, gaya belajar dan latar belakang
kulturalnya.
Penilaian
autentik secara langsung mengukur performance (kinerja) aktual (nyata) siswa
dalam hal-hal tertentu. Penilaian autentik juga dikenal dengan istilah
penilaian “performance”, “approprite”, “alternative” atau “direct”. Pada
pengertian lain, penilaian autentik merupakan penilaian yang berusaha mengukur
atau menunjukkan pengetahuan dan ketrampilan siswa dengan cara menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Penilaian autentik mendorong siswa dan merupakan refleksi kegiatan
pengajaran yang baik. Sedang pada pengertian autentik, sebagai bagian dari
penilaian performance, autentik berarti realistis atau berhubungan dengan
aplikasipada kehidupan nyata. Penilaian autentik merupakan bagian dari
penilaian performance (alternatif) yang berusaha mengukur atau menunjukkan
pengetahuan dan ketrampilan siswa dengan cara menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Sedang penilaian performance merupakan
kegiatan penilaian yang meminta siswa untuk mengkonstruk respon, menghasilkan
produk atau menunjukkan hasil suatu kegiatan (demonstrasi).
Authentic assessment
membawa demonstrasi ini selangkah lebih maju dan menekankan pentingnya
penerapan keterampilan atau kemampuan yang dimaksud dalam konteks situasi kehidupan
nyata. Kinerja yang bermakna diberbagai lingkup dunia nyata lebih dapat
menangkap kekayaan pemahaman anak didik tentang bagaimana mereka dapat
menerapkan pengetahuan ini daripada yang dapat dilakukan dengan menguji "bits
and pieces" seperti yang dilakukan dengan prosedur-prosedur asesmen
konvensional. Contoh-contoh asesmen autentik termasuk mendemonstrasikan hasil
karya dalam pameran seperti science fair (pameran sains) atau art show
(pertunjukan seni), menunjukkan keterampilan yang dimiliki dalam bentuk
kumpulan portofolio, menampilkan tari atau resital musik, berpartisipasi dalam
debat, dan mempresentasikan karya tulis asli kepada teman-teman sebaya atau
orang tua.
v Assessment
Konvensional
Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur asesment
konvensional dilakukan dengan menguji "bits and pieces".
Contoh-contoh format penilaian tradisional/konvensional antara lain :
multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test. Dengan
mengkaji kenyataan mengenai perapan penilaian konvensional dalam pembelajaran,
nampak ada ketidaksesuaian antara pembelajaran di sekolah dengan sistem
penilaian yang digunakannya. Proses penilaian yang biasa dilakukan guru selama
ini hanya mampu menggambarkan aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya
tujuan kurikuler mata pelajaran belum dapat dicapai dan atau tergambarkan
secara menyeluruh. Penilaian terhadap kinerja siswa itu amat penting, namun
sebagian besar guru merasa kesulitan dalam melaksanakan karena belum memahami
prosedur penggunaannya. Sebagai contoh kasus ialah bahwa kegiatan pembelajaran
yang melibatkan kinerja siswa dalam melakukan percobaan sudah sering
diterapkan, namun terhadap kinerja siswa tersebut belum pernah dilakukan
penilaian. Hal ini disebabkan penataran atau pelatihan yang secara khusus
membahas penerapan penilaian kinerja belum pernah diikuti atau belum pernah diadakan
di tingkat satuan pendidikan, sebagian besar.
v Jenis-jenis
asesmen menurut tujuan:
|
Jenis
asesmen
|
Saat
asesmen
|
Alasan
asesmen
|
Cara
pelaksanaan asesmen
|
|
Diagnostik
|
Sebelum
pembelajaran
|
Mendeteksi
kebutuhan murid
Medeteksi
miskonsepsi, dan apa–apa yang sudah dan apa–apa yang belum diketahui murid
|
Empat cara:
a. tes
tertulis (tes pensil & dan kertas)
b. laporan
tertulis proyek yang di kerjakan murid
c. porto
folio
d.
observasi dan kinerja murid
|
|
Formatif
|
Selama
pembelajaran
|
Untuk
mendapatkan balikan segera untuk memodifikasi pembelajaran konsep, atau
membimbing murid dalam menyelesaikan tugas
|
|
|
Sumatif
|
Setelah
pembelajaran
|
Untuk
mengumpulkan nilai, mengases beberapa banyak yang di serap murid
|
·
Peranan Asesmen
a.
Asesmen Diagnostik, dilakukan dengan cara :
- tes tertulis dapat digunakan dalam tes diagnostik. Tes semacam ini
disebut (prates atau pretes) dan
- tes lisan
Dari data tes tersebut maka dapat membantu guru mengidentifikasi minat,
kelebihan dan kelemahan murid dalam bidang studi IPA, membantu guru melihat
apakah seorang murid memerlukan bantuan dalam belajar atau tidak dan memberi
imformasi tentang perbedaan-perbedaan
cara belajar murid-murid.
Adapun minat dan motivasi siswa dapat ditingkatkan dengan cara:
1)
mengajak siswa menjadi rekan yang aktif dalam
proses pembelajaran dan mulailah membiasakan sedikit demi sedikit melepaskan
mereka dari situasi dimana mereka hanya sebagai pendekar yang aktif.
2)
mengajak siswa menetapkan tujuan pembelajaran
yang realistis bagi dirinya dan selalu menginformasikan kemajuan mereka dalam
pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.
3)
membimbing siswa agar menjadi mandiri dalam
belajar dan dilihat dimana / bagaimana prestasi akademis pada saat ini dan pada
masa mendatang.
4)
menunjukan bahwa kita benar-benar peduli akan keberhasilan mereka.
b.
Asesmen Formatif dalam pembelajaran
Asesmen
formatif kadang-kadang
diperlukan ditengah-tengah
pembelajaran. Bila guru mengalami konsep-konsep yang sukar, maka diadakan asesmen mendapatkan data bagaimana caranya
memoditikasi sebagian atau keseluruhan pembelajaran. Asesmen ini juga dapat
dilaksanakan bila siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Jenis
tes yaitu berbentuk lisan, tertulis, atau bentuk unjuk kinerja murid terutama
untuk penguasaan keterampilan proses IPA.
c.
Asesmen Sumatif dalam pembelajaran
Asemen ini
dilakukan untuk mendapatkan nilai akhir untuk menjaring data seberapa banyak
dari bahan pelajaran yang dapat dipahami oleh murid-murid, sebelum beralih ke pokok bahasan berikutnya. Peranan asesmen ini
erat hubungannya dengan tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang jelas akan
memudahkan perancangan asesmen.
Menurut Bloom enam tingkat
intelegensia dalam ranah koknitif yaitu:
1)
pengetahuan tentang fakta–fakta dan
prinsip–prinsip
2)
pemahaman (memahami fakta–fakta dan ide–ide)
3)
penerapan (menerapkan fakta dan ide pada situasi
baru)
4)
analisa (memecahkan/membagi konsep dalam bagian-bagiannya kemudian melihat hubunganya satu sama lain)
5)
sintesa (mengumpulkan fakta–fakta dan ide–ide )
6)
Evaluasi (mementukan nilai dari fakta–fakta dan ide–ide )
Dua tingkat
intelegensi yang pertama yaitu pengetahuan dan pemahaman dikategorikan golongn
pikir tingkat rendah, sedangkan keempat tingkat intelegensi berikutnya
dikategorikan dalam golongan berpikir tingkat tinggi. Menurut hasil penelitian
guru – guru hanya menuntut para murid-muridnya, penguasaan berpikir tingkat
rendah yaitu pengetahuan yang memerlukan hafalan belaka. Aspek – aspek
penerapan, analisa, sintesa dan avaluasi hampir selalu diabaikan.
KARAKTERISTIK
ASSESMEN UNTUK DI SD
Setiap peserta didik mempunyai
karakter berbeda, dari tingakatan kelas rendah yang mencangkup kelas satu, dua
dan tiga, tingakatan kelas tinggi yang mencangkup kelas empat, lima dan enam.
Berikut karaktertistik assesmen untuk di Sekolah Dasar dlihat dari berbagai
jenis assesmen (penilaian):
v Ciri-ciri
penilaian antara lain:
a)
Belajar tuntas
Peserta didik tidak diperkenankan
mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan
prosedur yang benar dan hasil yang baik. Guru harus mempertimbangkan antara
waktu yang diperlukan berdasarkan karakteristik peserta didik dan waktu yang
tersedia di bawah kontrol guru (Depdiknas, 2006:4). Peserta didik dalam belajar
lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, mereka dapat berhasil
jika kompetensi awal mereka terdiagnosis secara benar dan mereka diajar dengan
metode dan materi yang berurutan mulai dari tingkat kompetensi awal mereka.
b)
Penilaian Otentik
Proses penilaian harus merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Proses penilaian
mencerminkan masalah dunia nyata, menggunakan berbagai ukuran, metode, teknik
dan kriteria sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
Penilaian bersifat holistik, mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran.
c)
Berkesinambungan
Penilaian kelas memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.
Penilaian kelas memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.
d)
Acuan kriteria / patokan
Prestasi kemampuan peserta didik
tidak dibandingkan dengan peserta kelompok, tetapi dengan kemampuan yang
dimiliki sebelumnya dan patokan yang ditetapkan.
e)
Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian
Penilaian kelas menggunakan berbagai
cara dan alat penilaian. Agar tujuan tercapai, guru harus menggunakan berbagai
metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya. Tujuan dan pengalaman belajar
tertentu mungkin cukup efektif dinilai melelui tes tertulis, sedangkan tujuan
dan pengalaman belajar yang lain (seperti berbicara) akan sangat efektif
dinilai dengan unjuk kerja.
·
Ciri-ciri penilaian konvensional
a)
Penilaian Normatif.
b)
Terfokus pada isi materi.
c)
Hasil penilaian berupa nilai-nilai.
d)
Berbasis waktu.
e)
Kecepatan belajar kelompok.
f)
Penilaian ditekankan pada pengetahuan.
g)
Pendekatan pembelajaran yang sempit, berorientasi pada text book.
h)
Feedback penilaian terlambat/tidak ada.
·
Karakteristik autentik assessment:
a)
Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
b)
Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.
c)
Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.
d)
Berkesinambungan.
e)
Terintrgrasi.
f)
Dapat digunakan sebagai feed back
·
Ciri-ciri
assesment authentic sebagai berikut:
a)
Multi kriteria, kinerja peserta didik harus dinilai dengan penilaian lebih dari
satu kriteria. Misalkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris harus
memiliki dasar penilaian dari aspek aksen, sintaksis, dan kosa kata.
b)
Standar kualitas yang spesifik (dalam artian tidak ambigu dan jelas),
masing-masing kriteria kinerja peserta didik dapat dinilai secara jelas dan
eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas kinerja peserta didik.
c)
Adanya judgement penilaian, membutuhkan penilaian yang bersifat
manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja siswa dapat diterima secara nyata
(real).
Dalam implementasinya, ada sejumlah karakteristik yang
menunjukkan asesmen autentik. Nitko, 2007 (dalam Wiyono & Sunarni, 2009:
42) mengemukakan tiga karakteristik, yaitu:
- Menekankan pada penerapan atau aplikasi, apakah siswa dapat menggunakan pengetahuannya dalam situasi nyata. Dengan kata lain, benar-benar dapat mengungkapkan apa yang diketahui atau dapat dilakukan oleh siswa.
- Berfokus pada asesmen langsung, yakni menelaah target atau sasaran pembelajaran secara langsung.
- Mendorong pemikiran terbuka, yakni siswa mengekspresikan apa yang diketahui secara bebas, bekerja sama, atau mengerjakan proyekdalam periode tertentu, tidak seperti tes pilihan ganda biasa.
CONTOH
ASSESMEN IPA DI SD
A.
Asesmen dalam ranah Kognitif
Cara–cara pelaksanaan asesmen dalam ranah kognitif :
·
mempergunakan tes tertulis atau tes pensil dan
kertas
·
mempergunakan opservasi guru atas kinerja murid.
·
mempergunakan tes gambar–gambar yang dibubuhi sedikit tulisan atau
kata–kata.
·
mempergunakan jurnal murid–murid.
·
mempergunakan peta konsep dan yang penting tidak umum dilakukan tetapi ada
baiknya dicoba adalah portofolio.
B.
Asesmen untuk kategori berpikir Tingkat Tinggi
Yang termasuk kategori tingkat tinggi menurut Bloom adalah aspek–aspek
penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi. Dalam aspek penerapan, murid
mempergunakan ilmu pengetahuan yang sudah di milikinya untukditerapkan dalam
situasi baru yang berbeda dengan situasi yang dikenalnya. Pada dasarnya kita
meminta/memeriksa apakah murid–murid benar memahami suatu konsep sehingga dapat
menerapkan dalam konteks yang lain.
Contoh: Kamu sudah mempelajari bahwa antara makluk hidup ada saling
ketergantungan.
Terapkanlah pengetahuanmu pada situasi
berikut ini :
1.
Pernyataan berikut ini adalah salah “ menembak
burung–burung kecil adalah suatu cara untuk olahraga yang menyenangkan “
2.
Bagaimanakah yang benar?
3.
Apa yang kamu lakukan bila ada orang–orang yang menembaki burung–burung dihalamanmu?
Asesmen keterampilan menganalisis melibatkan pemecahan ide atau pemenggalan
ide, kemudian murid ditanya apakah mereka memahami hubungan antara pengalaman.
Gambar–gambar kartun, grafik, gambar–gambar tanpa kita dapat dipakai untuk
menjadi keterampilan menganalisis.
·
Aspek menganalisis terbagi atas analisa unsur–unsur dan analisa sebab-akibat
·
Asesmen aspek evaluasi memerlukan penggabungan
antara aspek pengetahuan, aspek pemahaman, penerapan, analisa, dan aspek
sintesa untuk menunjukan suatu penilaian
C.
Asesmen dalam ranah Afektif
Ranah koknitif meliputi pengetahuan-pengetahuan dan pemahaman secara
intelektual. Menurut Bloom ranah afektif mencakup perasaan, emosi, minat,
sikap, nilai, dan apresiasi. Hal ini erat hubungannya dengan perasaan murid
terhadap pelajaran IPA dan bagaimana perasaan ini mempengaruhi prestasi belajar
siswa. Cara lain untuk mengetahui perasaan murid adalah dengan menggunakan daftar
pilihan.
Contoh :
Berilah tanda V di antara kata yang berlawanan di bawa ini
IPA
Menyenangkan.....................................................................membosankan
Baik .....................................................................................buruk
Berguna................................................................................tidak berguna
Mudah .................................................................................sulit
Rumit ...................................................................................sederhana
Diperlukan............................................................................tidak diperlukan
D.
Asesmen dalam ranah Psikomotor
Ranah psikomotor menekankan keterampilan–keterampilan motorik atau
keterampilan menangani benda–benda atau alat–alat pada waktu melakukan kegiatan
percobaan IPA. Untuk ranah psikomotor kita dapat membuat bagan untuk
mengklasifikasi tujuan pembelajaran.
Contoh pengamatan kinerja murid dan skala penilaian.
|
Tujuan
tingkah laku pembelajaran
|
Selalu
|
Kadang
|
Tak pernah
|
|
Berhati–hati
mengenai mikroskop
|
|||
|
Membersikan
lensa dengan benar
|
|||
|
Menfokuskan
lensa dengan benar
|
|||
|
Menyediakan
dan meletakan selinder dengan benar
|
|||
|
Mengatur
kaca agar mendapatkan sinar dengan cepat
|
v Hal–hal berikut yang dipakai dalam penilaian dalam ranah psikomotor:
1.
belajar dengan alat–alat IPA sederhana misalnya
thermometer, timbangan, mistar ukur , gelas ukur, stop watch.
2.
untuk kinerja keterampilan laboratorium dan
prosedur misalnya: menyaring sat, memakai mikroskop.
3.
mengumpulkan dan merekam data dalam tabel, charta
dan grafik yang dibuat sendiri–sendiri oleh murid.
4.
mendesain suatu percobaan dan melaksanakanya
misalnya: bagaimana caranya membuat tablet ini melarut dengan cepat?
5.
mengajukan
pertanyaan–pertanyaan yang dapat dites.
6.
unjuk kinerja dengan alat-alat atau bahan-bahan untuk mendemonstrasikan pemahaman konsep-knsep dan hubungan antara konsep misalnya pemahaman hubungan sirkuit
listrik, atau pemahaman hubungan antara masa, volume dan kerapatan suatu obyek.
7.
membuat model yang menunjukan gejala alam
misalnya sel, system tata surya atau struktur geologi.
8.
mengkomunikasikan proses percobaan baik berupa
tulisan induvidual maupun kerja kelompok.
Kelemahan dari asesmen: 1) Perlu alat–alat atau bahan–bahan untuk diotak
atik, 2) Perlu tempat khusus untuk pelaksanaan, 3) Persiapan dan pembersihan
sesudah pelaksanaan asesmen, 4) Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaannya
elatif lama , 5) Hanya sedikit dari materi pembelajaran yang dapat dites, 6)
Hanya sedikit dari murid–murid yang dapat ditentukan waktunya menyelesaikan
asesmen.
E. Teknik Asesmen
Proses dan Hasil Belajar
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar
siswa dapat dilakukan dengan teknik tes maupun non tes, baik untuk mengases
proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut
pada prinsipnya adalah cara asesmen kemajuan belajar peserta didik terhadap
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Asesmen suatu kompetensi
dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik
berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Setidaknya ada tujuh ragam
teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap,
penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio,
dan penilaian diri.
Ø Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja (Performance assessment atau
performance-based assessment) merupakan jenis penilaian yang memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan, dan
keterampilan yang mereka miliki dalam berbagai konteks. Seperti berbicara,
berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam
memecahkan masalah dalam kelompok; partisipasi peserta didik dalam diskusi;
ketrampilan menari; ketrampilan memainkan alat musik; kemampuan berolah raga;
ketrampilan menggunakan peralatan laboratorium; praktek sholat, bermain peran,
bernyanyi, dan ketrampilan mengoperasikan suatu alat.
Ø Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian
tugas yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu
tertentu. Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni perencanaan,
pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. Penilaian penugasan ini
bermanfaat untuk menilai keterampilan menyelidiki secara umum, pemahaman dan
pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam
suatu penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan subjek secara jelas.
Penugasan dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
Ø Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa
karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta
didik, pekerjaan-pekerjaan yang sedang dilakukan, beberapa contoh tes yang
telah selesai dilakukan, berbagai keterangan-keterangan yang diperoleh peserta
didik, keselarasan antara pembelajaran dan tujuan spesifik yang telah
dirumuskan, contoh-contoh hasil pekerjaannya sehari-hari, evaluasi diri
terhadap perkembangan pembelajaran dan hasil observasi guru.
Contoh Instrumen penilaian unjuk kerja
dalam
mengukur volume air dengan menggunakan gelas ukur
|
No.
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
|||
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
|
1
|
Gelas ukur diletakkan di atas tempat yang datar,
skala menghadap pengamat
|
||||
|
2
|
Menuang air ke dalam gelas ukur sampai hampir
mencapai 100 ml, penuangan dihentikan.
|
||||
|
3
|
Volume air ditambah setetes demi setetes menggunakan
pipet sampai mencapai 100 ml.
|
||||
|
4
|
Permukaan air didalam gelas dibaca dengan posisi
sejajar mata.
|
||||
|
5
|
Hasil pengukuran dicatat dengan benar.
|
||||
Berilah skor:
4 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
3 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tapi lama
2 bila aspek tersebut dilakukan selesai tapi salah
1 bila dilakukan tapi tidak selesai
Ø Penilaian Sikap.
Sikap bermula dari perasaan (suka
atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam
merespon sesuatu/objek. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau
tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif,
kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah
kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif
adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu
berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara umum, objek sikap yang perlu
dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai
berikut. Sikap terhadap materi pelajaran, sikap terhadap guru/pengajar, sikap
terhadap proses pembelajaran, sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang
berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Asesmen sikap dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan
laporan pribadi, daftar chek, skala sikap, buku harian, angket, ungkapan
perasaan, catatan anekdot, dan lain lain.
Ø Teknik Tes
Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes
perbuatan. Khusus tes tertulis, ragamnya meliputi : tes essay atau
disebut juga tes subyektif dan tes obyektif, yang terdiri dari tes isian,
salah-benar, menjodohkan dan pilihan ganda.
Tes essay atau tes uraian adalah bentuk tes
berupa soal-soal yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut
penguaraian sebagai jawabannya. Materi tes yang dipilih adalah materi yang
sekiranya cocok untuk tes essay. Tes ini dibedakan menjadi 2 yaitu: tes uraian
jawaban singkat yaitu tes yang meminta jawaban panjangnya sekitar satu dua
kalimat dan tes uraian jawaban luas/panjang.
Tes obyektif terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan yang harus dijawab atau dipilih dari beberapa alternatif
jawaban dengan cara menulisnya, atau mengisi jawaban pendek tanpa menguraikan.
Tes ini disebut obyektif karena skor yang diberikan relatif tidak dipengaruhi
oleh faktor subyektif penilai. Ragam tes obyektif meliputi tes isian (Completion
Test), Tes Salah-Benar (True False Test), Tes Menjodohkan (Matching
Test), dan Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test).
Ø Asesmen
Produk
Asesmen produk merupakan ragam penilaian untuk menilai
kemampuan siswa dalam membuat produk tertentu, seperti : teknologi tepat guna,
karya seni, keramik, lukisan dan lain-lain. Asesmen produk dapat digunakan
untuk menilai proses maupun hasil belajar siswa.
Pengembangan produk meliputi tiga tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap pembuatan produk dan tahap penilaian produk.
Ø Asesmen diri (self assessment)
Asesmen diri adalah suatu teknik penilaian dimana
siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu
didasarkan atas kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan utama asesmen diri
adalah untuk mendukung atau memperbaiki proses pembelajaran. Ada beberapa jenis
asesmen diri, diantaranya adalah : a) penilaian langsung dan spesifik, yaitu
penilaian langsung pada saat atau setelah siswa melakukan tugas tertentu, b)
penilaian tidak langsung dan holistik, yaitu penilaian yang dilakukan dalam
kurun waktu yang panjang, misalnya satu semester untuk memberikan penilaian
secara keseluruhan, dan c) penilaian sosia-afektif, yaitu penilaian terhadap
unsur-unsur afektif atau emosional. Misalnya siswa diminta untuk membuat
tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap obyek tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar