Jumat, 21 September 2018

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK



“Menguasai Prinsip-Prinsip dan Prosedur Penggunaan Pendekatan Dalam Pembelajaran”
1.      Pendekatan Kontekstual (CTL= Contextual Teaching and Learning)
CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna serta suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran/pengajaran kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang telah dipelajarinya yakni dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Landasan filosofi pengembangan CTL adalah kontruktivisme, yakni filosofi belajar yang menekankan bahwa siswa akan membangun/membentuk sendiri tentang pengetahuan dan lain-lain dalam dirinya, bukan menghafal. Penemuan makna adalah ciri utama dari CTL. Ciri fisik kelas yang menerapkan CTL adalah dinding kelas penuh dengan hasil karya siswa serta kelas selalu ramai dan gembira dalam belajar (tidak sepi). Pembelajaran CTL memanfaatkan berbagai sumber belajar dan setting pembelajaran yang bervariasi (tidak selalu di kelas) dengan catatan yakni harus relevan. Motto pembelajaran CTL adalah “cara belajar terbaik adalah siswa mengontruksi sendiri secara aktif pemahamannya”.
Pada hakikatnya pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah knsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang akan diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat tujuh komponen utama pembelajaran efektif dalam CTL, yakni: Kontruktivisme (constructivism), Bertanya (questioning), Menemukan (inquiry), Perenungan (refleksi), Masyarakat Belajar (learning community), Pemodelan (modeling), dan Penilaian Sebenarnya (authentic assesment). Berikut ini penjelasan mengenai komponen utama pembelajaran CTL.
1)      Kontruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofis) pendekatan CTL, yaitu suatu filsafat pengetahuan yang secara ringkas menjelaskan bahwa pengetahuan itu merupakan konstruuksi seseorang, atau pengetahuan dibangun manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas dalam konteks yang terbatas, kemudian berkembang. Manusia membentuk pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya.
Kaum konstruktivis menyatakan bahwa belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengkontruksikan arti (baik teks, dialog, maupun pengalaman fisik), atau proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang dimiliki siswa sehingga pengertiannya dikembangkan. Pembelajaran bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Ciri khas paradigma pembelajaran konstruktivisme adalah keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses upaya belajar sesuai dengan kemampuan, pengetahuan awal, dan gaya belajar tiap-tiap siswa dengan bantuan guru sebagai fasilitator yang membantu siswa apabila mereka mengalami kesulitan dalam upaya belajarnya.
Dari pandangan konstruktivis yang menganggap bahwa strategi memperoleh pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara, yakni: (1) Menjadikan pengetahuan lebih bermakna dan relevan bagi siswa; (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam kegiatan belajarnya.
2)      Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari pembelajaran CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dengan cara diarahkan bukanlah hasil dari mengingat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan inquiry merupakan siklus yang terdiri dari: merumuskan masalah, mengumpulkan data hasil observasi, menganalisis dan menyajikan hasil, dan mengkomunikasikan hasil. Kegiatan inquiry memberikan kesempatan kepada guru untuk memahami cara berpikir siswa.
3)      Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran kontekstual (CTL). Bertanya (questioning) merupakan kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bertanya bagi siswa merupakan kegiatan menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang telah diketahui. Kegiatan bertanya dapat dilakukan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, guru dengan siswa, maupun siswa dengan orang lain.
Pertanyaan dari guru bukan sebagai strategi mempertahankan perhatian siswa, akan tetapi sebagai tujuan sedukatif (memberi motivasi, membimbing penemuan data, dan mengetahui kemampuan siswa pada saat analisis data). Atau dengan kata lain, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru diarahkan untuk: (1) mengetahui apa yang telah diketahui siswa; (2) membangkitkan rasa ingin tahu; (3) memusatkan perhatian siswa pada suatu objek pembelajaran; (4) merangsang respons siswa; (5) memicu pertanyaan-pertanyaan selanjutnya; (6) menyegarkan kembali apa yang telah dipelajari; dan (7) mengetahui apakah siswa sudah memahami materi yang disajikan.
4)      Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat Belajar (Learning Community) maksudnya adalah sekelompok orang yang terlibat dalam kegiatan belajar yang memahami pentingnya belajar, baik belajar secara individual maupun berkelompok agar mereka dapat belajar lebih mendalam. Komponen atau konsep ini ditandai dengan pengertian bahwa pembelajaran diperoleh dengan atau dari kerjasama. Kerjasama tersebut dilakukan antarsiswa selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Kegiatan ini digunakan untuk sharing antarsiswa.
Metode pembelajaran dengan teknik learning community ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Praktiknya, dalam pembelajaran terwujud dalam pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ‘ahli’ ke kelas (olahragawan, dokter, petani, perajin, dan sebagainya), bekerja dengan kelas sederajatnya, bekerja kelompok dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat.
5)      Pemodelan (Modeling)
Maksud pemodelan adalah sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang ditiru. Guru bukan satu-satunya model yang harus ditiru, tidak menutup kemungkinan siswa tertentu bisa menjadi model untuk teman-temannya. Misalnya pada pembelajaran pembacaan puisi, jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi maka guru bisa menunjuknya untuk menunjukkan kemampuannya. Pemodelan (modeling) diartikan sebagai upaya pemberian model dalam proses belajar mengajar.
6)      Perenungan (Refleksi)
Perenungan (refleksi)  merupakan peninjauan kembali atau perenungan kembali atas hal-hal yang sudah dilakukan. Refleksi mengacu pada aktivitas berpikir yang dilakukan oleh siswa untuk merenungkan kembali dan merespon aktivitas belajar yang telah dilakukan. Kemusian hasil dari refleksi digunakan sebagai perbaikan terhadap masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru perlu menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa: (1) pernyataan langsung yang berkaitan dengan hal-hal yang diperoleh; (2) catatan atau jurnal di buku siswa; (3) kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini; (4) diskusi; dan (5) hasil karya.
7)      Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian sebenarnya atau istilah lainnya penilaian autentik adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Sekaligus mengekspresikan pengetahuan dan keterampilan dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah.
Penilaian autentik bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata. Melalui penilaian autentik ini diharapkan berbagai informasi yang benar dan akurat dapat terjaring kaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan. Authentic assessment adalah bagian dari pembelajaran kontekstual yang meliputi berbagai bentuk penilaian yang mencerminkan bagaimana siswa belajar, bagaimana prestasi belajarnya, bagaimana motivasi dan sikapnya dalam semua kegiatan pembelajaran di kelas.
Pendekatan CTL menekankan penilaian otentik yang difokuskan pada tujuan pembelajaran, keterkaitan bahan, dan kolaborasi untuk memungkinkan siswa berpikir lebih tinggi. Penilaian otentik membuat siswa menunjukkan penguasaan tujuan, kedalaman pemahaman, dan pada saat yang sama dapat meningkatkan pengetahuannya serta dapat menemukan cara untuk memperbaiki diri. Selain itu, penilaian semacam ini juga membuat siswa dapat menggunakan pengetahuan yang diperoleh di kelas sehingga mereka masuk dalam konteks dunia nyata.
Sesuai dengan faktor kebutuhan individual siswa, maka untuk dapat mengimplementasikan pembelajaran dan pengajaran kontekstual, guru seharusnya:
-          Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental siswa.
-          Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung satu sama lain.
-          Mempertimbangkan keragaman siswa.
-        Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri dengan tiga karakteristik umumnya (kesadaran berpikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan).
-          Memperhatikan multi-intelegensi siswa.
-          Menggunakan teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
-          Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (contructivism).
-          Memfasilitasi kegiatan penemuan agar memperoleh pengetahuan dan keterampilan              melalui penemuannya sendiri, bukan hasil mengingat sejumlah kata.
-          Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan.
-          Menciptakan masyarakat belajar dengan membangun kerjasama antar siswa.
-          Memodelkan sesuatu agar siswa menirunya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.
-          Mengarahkan siswa untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajarinya.
-          Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).

2.      Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Adapun tiga ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan(skill), dan pengetahuan (knowledge) yang harus termuat pada setiap proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘’mengapa’’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar, agar peserta didik tahu tentang ‘’bagaimana’’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar, agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Dari ketiga ranah tersebut hasil akhir yang diperoleh adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hardskills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensii sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific)
Dalam proses pembelajaran yang berbasis pendekatan ilmiah (scientific) ini meliputi 5M proses yakni proses mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan atau membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
1)            Mengamati
 Dalam proses pembelajaran ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti menentukan objek apa yang akan diobservasi, membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi, menentukan secara jelas data apa yang perlu diobservasi baik primer maupun sekunder, menentukan letak objek yang akan diobservasi, menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar, menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi.
2)            Menanya
Seorang guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Kriteria pertanyaan yang baik adalah singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat divergen (bercabang), bersifat validatif (penguatan), memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif dan merangsang proses interaksi.
3)            Menalar
Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif (Student Center). Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif (khusus ke umum) dan penalaran deduktif (umum ke khusus).
4)            Mencoba
Proses ini dilakukan atau dilaksanakan dengan dasar tujuan yakni untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata antara lain:
-          Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum.
-          Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan.
-          Mempelajari dasar teoretis yang relevan danhasil eksperimen sebelumnya.
-          Melakukan dan mengamati percobaan.
-          Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data.
-          Menarik simpulan atashasil percobaan.
-          Membuat laporan.
5)      Komunikasi atau mengkomunikasikan hasil percobaan
          Pada proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan memiliki Standar Kompetensi Lulusan (SKL) seperti:
-          Sikap.
Terkait sikap adalah pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar serta dunia dan perabannya.
-          Keterampilan.
Pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkrit.
-          Pengetahuan.
Pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban.
Adapun kriteria pembelajaran  yang menjadi syarat khusus pendekatan ilmiah , yakni:
a)      Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu,bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b)      Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c)      Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
d)     Mendorong dan menginspirasi siswamampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan sama lain dari materi pembalajaran.
e)      Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
f)       Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
g)      Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar